Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Presiden, Gabungan Pengusaha Sawit Tak Ambil Pusing

Trump Presiden, Gabungan Pengusaha Sawit Tak Ambil Pusing Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) tak mempermasalahkan keterpilihan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru menggantikan posisi Barack Obama.

Ketua Bidang Advokasi dan Hukum Gapku Susanto mengatakan janji dan usulan kebijakan yang disampaikan Donald Trump saat kampanye tak akan terlalu berdampak pada industri kelapa sawit di tanah air. Selain itu, ia menegaskan ada beberapa rencana kebijakan Trump yang tidak mungkin direalisasikan.

"Tidak akan terlalu berdampaklah. Jika kita cermati kebijakan-kebijakannya, tidak akan berdampak langsung ke industri sawit," katanya di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Susanto menyoroti tiga rencana kebijakan utama Trump, yakni kebijakan kependudukan, kebijakan perdagangan, dan kebijakan militer. Ia mengatakan rencana kebijakan Trump untuk membangun tembok penghalau di perbatasan Meksiko dan upaya deportasi tiga juta imigran tak akan memiliki dampak ke perdagangan sawit.

"Persoalan imigran itu urusan kependudukan dalam negeri di Amerika Serikat," ujarnya.

Dari sisi perdagangan, ia menyampaikan rencana Trump untuk melindungi produk-produk buatan AS dengan cara menaikkan biaya impor barang dari China sebesar 50 persen bakal sedikit berdampak ke industri sawit. Hal itu karena rencana tersebut bakal menghambat serapan barang-barang China di AS yang pada akhirnya bakal menganggu produktivitas di Negeri Tirai Bambu.

"Kalau produktivitas di China terganggu maka otomatis permintaan kelapa sawit dari China akan terhambat. Jadi, untuk kebijakan kenaikan biaya impor ini ada pengaruh tidak langsung," tuturnya.

Meski demikian, ia meyakini Trump tidak bakal merealisasikan rencana tersebut karena banyak perusahaan AS yang memproduksi barang di China. Selain itu, ia mengatakan realisasi kebijakan tersebut juga bakal menciptakan gejolak harga di Negeri Paman Sam.

"Tapi, rasanya enggak mungkin diterapkan. Susah, banyak sekali perusahaan AS bikin produk di China. Kalau dia batasi impor maka akan kena diri sendiri," tegasnya.

Soal kebijakan militer, imbuhnya, rencana Trump untuk bekerja sama dengan Rusia menumpas ISIS bakal menimbulkan gejokal di Timur Tengah. Ketidakstabilan politik di Timur Tengah akan memberi dampak buruk terhadap harga mintak dunia.

"Gejolak baru di Timur Tengah bakal membuat harga minyak mentah naik. Lalu harga kelapa sawit bakal terdongkrak naik. Meski, kami tidak berharap ada gejolak dan perang," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: