Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Bank Indonesia (BI) memandang pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi karena masih belum adanya kejelasan terkait arah kebijakan presiden terpilih AS Donald Trump.
Adapun nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore (24/11/2016), bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp13.525 dari posisi sebelumnya sebesar Rp13.490 per dolar AS.
"Karena belum ada kejelasan arah kebijakan kabinet trump akan seperti apa, apakah seperti yang dibicarakan oleh Trump pada saat kampanye yaitu akan dorong utang pemerintahnya meningkat dan akan genjot ekonominya," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Surabaya, Kamis (24/11/2016).
Dia menjelaskan, kalau itu terjadi dampaknya adalah rate dari bunga surat utang Amerika harus naik. Kemudian kalau dia dorong ekonominya terlalu kencang maka akan dorong inflasinya naik lebih cepat, itulah yang membuat dolar menguat terhadap mata uang seluruh dunia.
"Terhadap Yen juga sudah melemah 6%, mata uang negara-negara eropa termasuk mata uang euro juga melemah, mata uang asia juga melemah, mata uang amerika latin juga termsuk rupiah," ungkap Mirza.
Untuk menghadapi tekanan itu, Mirza mengakui, pihaknya telah melakukan intervensi di tiga pasar guna menstabilkan nilai tukar Rupiah. "Kami hari ini ya ada di pasar valas, kami lakukan lelang membeli SBN, kami juga lakukan lelang tambah likuiditas di pasar swap. Jadi BI hari ini hadir di tiga pasar dalam rangka stabilisasi," tuturnya.
"Tapi nggak usah khawatir seperti yang saya sampaikan bahwa menurut kami ini cuma temporary sampai nanti ada kejelasan kabinet Trump, dan FOMC pada 14 Desember jadi di Desember -? Januari kita sudah akan ada kejelasan lah," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement