Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Klaim Menangkan Popular Vote Jika Jutaan Suara Ilegal Tak Dihitung

Trump Klaim Menangkan Popular Vote Jika Jutaan Suara Ilegal Tak Dihitung Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa dirinya memenangkan perolehan suara terbanyak atau popular vote pada pemilihan presiden 8 November lalu, 'jika suara dari jutaan orang yang memilih secara ilegal tidak dihitung.' Namun, presiden terpilih dari Partai Republik yang memenangkan electoral college tersebut tidak memberikan bukti yang mendukung pernyataannya.

Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah tim kampanye dari kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton mengatakan mereka akan mendukung penghitungan ulang suara di Wisconsin yang diprakarsai oleh kandidat Partai Hijau, Jill Stein.

Hillary Clinton memenangkan sekitar dua juta suara lebih banyak dari Trump dalam popular vote. Namun, Trump melampaui batas perolehan 270 electoral vote untuk memenangkan kursi presiden. Dalam akun Twitternya, Trump menulis: "Selain menang besar dalam Electoral College, saya memenangkan perolehan suara terbanyak jika suara dari jutaan orang yang memilih secara ilegal tidak dihitung."

"Memenangkan popular vote akan jauh lebih mudah bagi saya dibanding Electoral College, saya cukup berkampanye di 3 atau 4 negara bagian saja dan bukan 15 negara bagian yang saya kunjungi," kata Trump dalam tweet berikutnya, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Selasa (29/11/2016).

"Saya juga akan menang dengan jauh lebih mudah dan meyakinkan (tapi negara bagian kecil terlupakan)!" serunya.

Trump juga menuduh terdapat 'kecurangan serius' di Virginia, New Hampshire, dan California, yakni negara bagian yang dimenangkan Clinton, serta menyalahkan media AS karena tidak melaporkan masalah tersebut.

Sementara itu, pada hari Minggu (27/11/2016), Trump mengingatkan saingannya dari partai Demokrat, Hillary Clinton, bahwa ia telah mengakui kekalahan dan menerbitkan komentar saat debat presiden, dimana saat itu Clinton meminta untuk menerima hasil pemilihan presiden. Pada saat itu, Clinton menanggapi penolakan Trump untuk menghormati hasil pemungutan suara.

Sementara menurut para analis, hasil di Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania yang akan membalikkan kemenangan Trump dan merebut kursi presiden untuk Clinton, jika diadakan pemungutan suara ulang dinilai sangat tidak mungkin terjadi.

Tim kampanye Hillary Clinton yang mengatakan akan ikut berpartisipasi dalam penghitungan ulang di Wisconsin, telah memicu kemarahan Donald Trump.

Namun, meski penasehat kampanye Clinton, Marc Elias, mengatakan tidak ada bukti untuk menyimpulkan bahwa pemilihan presiden telah disabotase, ia mengatakan ada kewajiban terhadap lebih dari 64 juta warga Amerika yang memilih Hillary Clinton berpartisipasi dalam proses ini untuk memastikan bahwa penghitungan suara yang akurat akan dilaporkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: