Kredit Foto: Ferry Hidayat
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan bahwa ia sudah mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin agar Rusia menghentikan peretasan terhadap email-email Amerika Serikat. Obama juga mengisyaratkan bahwa presiden Rusia itu tahu tentang terjadinya peretasan.
"Tak banyak yang terjadi di Rusia tanpa Vladimir Putin," kata Obama seperti diktuip dari laman BBC di Jakarta, Minggu (18/12/2016).
Disebutkan, Presiden Obama memperingatkan Presiden Putin mengenai masalah tersebut sebelum pemilihan presiden AS. Dalam sebuah KTT bulan September, Obama memperingatkan Putin tentang konsekuensi serius dari peretasan itu. Sebulan kemudian, Amerika Serikat secara terbuka menuduh Rusia berusaha mengganggu proses demokrasi di AS.
Presiden berjanji akan mengambil tindakan yang proporsional atas peretasan terhadap Partai Demokrat dan email milik ketua kampanye calon presiden yang kalah, Hillary Clinton. Obama mengisyaratkan bahwa AS bisa sangat ofensif dengan kekuatan siber mereka.
"Apapun yang mereka lakukan pada kita, kita juga bisa saja melakukannya kepada mereka," kata Obama saat konferensi pers terakhirnya tahun ini.
Presiden Obama tidak mengkritik langsung penggantinya, Donald Trump, namun melontarkan sentilan bahwa sejumlah tokoh Partai Republik menyepelekan seriusnya keterlibatan Rusia dalam pemilu AS. Ia juga menyatakan kebingungannya atas pendukung Partai Republik yang mengatakan mereka menyetujui Putin, yang menurut Obama bisa membuat "Ronald Reagan bangkit dari kuburnya."
Presiden mendesak presiden terpilih Trump untuk mendukung penyelidikan bipartisan atas ganguan siber Rusia.
Trump bersedia mendukung penyelidikan yang diperintahkan oleh Obama, namun ia menegaskan bahwa persoalan ini seharusnya tidak semata-mata diarahkan kepada Rusia tetapi juga kepada negara-negara lain atau individu-individu lain.
Awal pekan ini, Trump mengecam intelijen AS yang menyebut peretas Rusia membantu mengarahkan pemilihan presiden untuk keuntungannya. Trump menuding kesimpulan itu konyol dan bermotivasi politik.
"Bisa Anda bayangkan jika hasil pemilunya sebaliknya dan KITA mencoba memainkan kartu Rusia/CIA (terhadap mereka). Hal itu akan disebut teori konspirasi!" tulis Trump dalam akun Twitternya.
Sementara itu, Direktur CIA John Brennan mengatakan kepada para stafnya pada 16 Desember bahwa FBI setuju dengan kesimpulan CIA bahwa tujuan Rusia dengan peretasan itu adalah untuk membantu menangnya Trump. Namun Kremlin membantah tudingan AS bahwa Rusia meretas email pemerintah, dan menyebut tudingan itu 'tidak senonoh.'
"Mereka perlu berhenti berbicara tentang hal ini, kalau tidak mereka harus menyodorkan semacam bukti," kata juru bicara Putin.
Tanggapan Kremlin muncul setelah Hillary Clinton untuk pertama kalinya mengaitkan kekalahannya di pilpres dengan peretasan Rusia. Dia mengatakan kepada para donor partai bahwa Presiden Putin memiliki 'dendam pribadi' terhadapnya, karena lima tahun lalu Clinton menyebut pemilihan parlemen Rusia berlangsung curang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement