Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peningkatan Ekspor Berhasil Tutupi Pelemahan Belanja Fiskal

Peningkatan Ekspor Berhasil Tutupi Pelemahan Belanja Fiskal Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekspor yang terus membaik berhasil menutupi anjloknya kontribusi belanja pemerintah sehingga pertumbuhan PDB hanya melambat ke 4,94% YoY, sejalan dengan perkiraan Samuel Sekuritas tetapi di bawah perkiraan konsensus (5,0% YoY).

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan perlambatan ini tidak mengubah tren pertumbuhan PDB yang telah positif sejalan dengan perbaikan harga komoditas yang Indonesia ekspor.

"Ancaman pemangkasan belanja pemerintah masih ada, tetapi tingginya harga komoditas bisa mendongkrak pendapatan fiskal. Pertumbuhan 2017 diperkirakan naik ke 5,2% YoY dari 5,02% YoY di 2016," ujar Rangga Cipta di Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Menurutnya,?kontribusi belanja pemerintah yang sempat naik di 1H16 ternyata harus terkoreksi dalam menjelang akhir tahun, bukan hanya karena realisasi pendapatan negara yang di bawah target, tetapi juga akibat pemerintah yang memprioritaskan stabilisasi fiskal-defisit fiskal 2016 terhadap PDB hanya 2,45% akibat realisasi belanja yang hanya 89% dari target.

"Di 2017, kenaikan harga komoditas diyakini memberikan dampak positif terhadap pendapatan negara sehingga kontribusi belanja pemerintah bisa kembali naik," paparnya.

Di tengah perlambatan, mesin utama pertumbuhan PDB yaitu ekspor dan investasi, berhasil tumbuh lebih cepat. Pertumbuhan ekspor untuk pertama kali semenjak 3Q14 positif, sejalan dengan penguatan harga komoditas yang drastis.

Ke depan, konsistensi tren naik harga komoditas akan mendorong pertumbuhan ekspor, dan investasi, yang lebih cepat sehingga pertumbuhan PDB diperkirakan membaik ke 5,2% YoY. Pertumbuhan konsumsi RT nantinya juga membaik, biasanya butuh waktu lebih lama untuk memfaktorkan kenaikan harga komoditas. (PDB YoY 2017E 5,2%, 2018E 5,4%).

Konsolidasi fiskal tidak hanya menekan pertumbuhan di bawah target pemerintah yang 5,2% YoY, tetapi juga telah memicu kenaikan inflasi (Inflasi 2017E 4,6%, 2018E 5,0%). Hal itu menyebabkan ruang BI untuk terus memprioritaskan pertumbuhan menjadi lebih sempit, apalagi di tengah risiko kenaikan lanjutan?FFR target.

"Membaiknya mesin pertumbuhan utama, ekspor dan investasi, juga menjadi indikasi bahwa siklus pelonggaran moneter sudah harus berakhir. RDG BI dijadwalkan pada 15-16 Feb17 dan BI RR rate diperkirakan masih tetap di 4,75%. (BI RR rate 2017E 4,75%, 2018E 5,25%)," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: