Bank Indonesia (BI) menilai kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (The FED) tak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, pelaku pasar sudah melakukan price in atau mengantisipasinya.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan kenaikan suku bunga acuan The Fed justru membuat rupiah serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada pembukaan serta penutupan perdagangan.
Sekadar diketahui, mata uang rupiah menguat 17 poin atau 0,13 persen dengan berada pada Rp13.347 per USD, sedangkan IHSG pada penutupan perdagangan berada pada level 5.518 naik 85 poin atau 1,58 persen.
"Artinya yang kami khawatirkan kenaikan Fed rate akan diikuti pelemahan di local currency atau bursa itu tidak terjadi. Ini kami lihat masih positif," kata Dody di Gedung BI, Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Lebih jauh, katanya, kenaikan Fed rate diprediksi akan terjadi hingga tiga kali. Jika yang pertama sudah dilakukan pada Maret ini maka dua kali kenaikan lainnya akan dilakukan secara bertahap hingga akhir tahun 2017.
"Kami memantau member FOMC ada 17 anggota, sekarang ini mengarah kepada mereka tooling-nya mengarah pada tiga kali kenaikan. Satu kali sudah di Maret, dua lagi sampai akhir tahun," jelas dia.
Meski begitu, BI menilai jika The Fed masih secara hati-hati menaikkan tingkat suku bunganya. Apalagi kebijakan ekonomi, fiskal, serta perdagangan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) masih belum jelas.
"Maka kalau kami amati pernyatan Yellen semalam, kenaikan FFR ini dilakukan secara gradual melihat kebiakan fiskal oleh AS. Stance kebijakan masih akomodatif, ini menenangkan pasar jadi tidak ada pelemahan mata uang di emerging market," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement