Unilever mengumumkan rencana untuk menjual divisi margarin bermerek Flora dan Stork. Menurut para analis, dari penjualan kedua merek ini, perusahaan Inggris-Belanda tersebut bisa meraup dana sebesar 4,8 miliar poundsterling (US$6 miliar).
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Unilever untuk meninjau kembali bisnisnya secara luas, setelah pada bulan lalu menolak penawaran akuisisi dari Kraft Heinz yang mencapai US$143 miliar. Produsen sabun Dove dan es krim Ben & Jerry tersebut justru memilih me-review kembali bisnisnya agar tetap bisa memberi keuntungan bagi pemegang saham. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain mengakuisisi perusahaan berskala medium dan memangkas biaya secara agresif.
Divisi margarin Unilever tersebut memiliki pangsa pasar kurang dari sepertiga dari seluruh pasar margarin global dan sejak tahun 2014 telah menjadi entitas sendiri. Divisi ini menghasilkan pendapatan sebesar 480 juta pounds atau setara 4 persen dari total pendapatan yang dihasilkan Unilever. Selain melepas bisnis margarin, Unilever juga berencana membeli kembali (buyback) saham dan membayar dividen.
Selain itu, Unilever juga berniat untuk mengubah status bersejarahnya sebagai perusahaan dual-listing yang terdaftar di dua negara. CEO Unilever Paul Polman mengatakan Unilever sedang mempelajari apakah akan mengubah statusnya, serta meninjau "struktur hukum" yang memiliki basis di Inggris dan Belanda. Perusahaan akan mengambil keputusan pada akhir tahun.
"Jelas itu hal yang sangat kompleks, struktur ganda, dan membutuhkan fokus yang tepat untuk mengambil kesimpulan yang benar, yang pasti kami akan menyederhanakan struktur organisasi kami," kata Polman, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Namun, ia mengatakan Unilever tidak akan mengubah model bisnis jangka panjangnya, yang digambarkan sebagai salah satu dari "nilai kreasi dan inovasi berkelanjutan". "Peristiwa beberapa minggu terakhir telah menunjukkan bahwa kami memiliki kesempatan untuk mendorong nilai lebih dalam bisnis kami".
Sebelumnya sumber Financial Times mengatakan, Unilever akan menerapkan langkah radikal pada bisnis makanan. Salah satunya dengan merger anak usaha makanan, misalnya Lipton dan Knorr dilepas dari personal care. Bisnis makanan menyumbang sekitar 43 persen dari total pendapatan Unilever.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait:
Advertisement