Qatar siap untuk mendengarkan kekhawatiran negara-negara Teluk Arab yang telah memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi, Kuwait pada hari Minggu (11/6/2017) mengatakan, karena berusaha mencari solusi terhadap krisis regional terburuk selama bertahun-tahun.
Arab Saudi dan sekutu Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan dengan Qatar pekan lalu, menuduhnya mendukung militan Islam dan musuh bebuyutan mereka yaitu, Iran, tuduhan yang langsung dibantah Doha.
Keretakan hubungan tersebut telah mengganggu perjalanan, keluarga-keluarga yang terpisah, memutuskan hubungan komersial dan menumbuhkan kebingungan di kalangan bank dan bisnis, sambil memperdalam perpecahan di antara sekutu masing-masing yang berperang dalam peperangan dan perjuangan politik dari Libya ke Yaman.
"Kuwait menegaskan kesiapan saudara-saudara di Qatar untuk memahami realitas akan keraguan dan kekhawatiran saudara mereka, dan untuk mengindahkan upaya mulia untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas," tulis kantor berita Kuwait KUNA mengutip Menteri Luar Negeri Sheikh Sabah al-Khalid Al-Sabah mengatakan, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Senin (12/6/2017).
Kuwait, yang telah mempertahankan hubungan dengan Qatar dan sering bertindak sebagai mediator dalam perselisihan regional, mengatakan bahwa pihaknya ingin menyelesaikan perselisihan tersebut "di dalam rumah Teluk yang bersatu".
Upaya mediasi sebelumnya oleh Kuwait di mana Emir Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah melakukakan perjalanan antara Riyadh, Abu Dhabi dan Doha, gagal mencapai sebuah solusi yang signifikan.
"Apakah ini awal dari kebijaksanaan dan pemikiran yang masuk akal? Saya harap demikian," menteri luar negeri UAE untuk urusan luar negeri Anwar Gargash menulis di Twitter sebagai reaksi atas Kuwait yang mengatakan bahwa Qatar siap untuk mendengarkan keluhan tersebut.
Maroko, sekutu dekat negara-negara Teluk, mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya akan tetap netral dan menawarkan untuk memfasilitasi dialog.
"Jika para pihak menginginkan, Kerajaan Maroko siap menawarkan jasanya untuk mendorong dialog yang jujur dan menyeluruh atas dasar tidak adanya campur tangan dari internal Maroko, dan tentunya perang melawan ekstremisme agama," sebuah pernyataan dari kementerian luar negeri negara tersebut.
Presiden AS Donald Trump pada awalnya menawarkan untuk menjadi tuan rumah Qatar dan negara-negara Teluk lainnya untuk melakukan dialog guna mencari solusi, semua sekutu A.S. di Gedung Putih, namun pada hari Jumat dia menyatakan Qatar telah menjadi sponsor terorisme tingkat tinggi dan mendukung tekanan Teluk.
Wakil Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman membahas upaya untuk "melawan terorisme dan ekstremisme" dalam sebuah telpon dengan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson pada hari Minggu, kantor berita negara SPA mengatakan.
Namun seorang diplomat Qatar mengatakan bahwa krisis tersebut mencerminkan kurangnya kepemimpinan A.S.
"Ini adalah kesaksian terbesar untuk kegagalan A.S. di Teluk," kata diplomat tersebut kepada Reuters, yang tidak bersedia disebut namanya. "Ini memberi kesan orang lain bahwa A.S. tidak tahu bagaimana mengelola hubungan dengan sekutunya atau tidak mampu." ujarnya.
Pada hari Jumat, Arab Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir memperketat pembatasan mereka di Qatar dengan memasukkan puluhan tokoh dan badan amal yang mereka tautkan ke negara tersebut dengan daftar hitam terorisme.
Pengawas amal Qatar yang resmi membantah pada hari Minggu bahwa kelompok filantropi di negara tersebut mendukung terorisme, dengan mengatakan bahwa mereka menyesalkan tuduhan tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement