Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transaksi Impor Sulsel dari Tiongkok Melonjak 95 Persen

Transaksi Impor Sulsel dari Tiongkok Melonjak 95 Persen Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Transaksi sejumlah komoditas dari Tiongkok ke Sulsel mengalami lonjakan signifikan dalam setahun terakhir. Tercatat kenaikan hingga 95,45 persen pada periode Januari-Juli 2017 bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.?
"Nilai atas transaksi impor Sulsel dari Tiongkok pada Januari-Juli 2017 mencapai US$203,59 juta. Itu jauh naik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar US$104,17 juta," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam, Rabu, (23/8/2017).
Lonjakan lebih tinggi terlihat jika membandingkan transaksi impor pada Juli 2017 dengan Juni 2016. Kenaikannya mencapai 561,2 persen, dari US$2,72 juta menjadi US$18 juta. Adapun perkembangan secara bulanan meningkat 84,05 persen dari US$9,78 juta menjadi US$18 juta.
Nursam mengungkapkan Tiongkok merupakan salah satu negara pengimpor terbesar ke Sulsel. Periode Juli 2017, Negeri Tirai Bambu itu tercatat berkontribusi 24,99 persen dari total nilai impor Sulsel sebesar US72,04 juta. Disusul Thailand, Argentina dan Singapura.
Berdasarkan data BPS, untuk periode Januari-Juli 2017, bukan Thailand yang menempati urutan dua negara pengimpor terbesar di bawah Tiongkok. Adalah Singapura yang menduduki posisi runner-up dengan transaksi impor mencapai US$127,83 juta atau naik 132,47 persen.
"Terlepas dari tingginya transaksi impor Tiongkok dan Singapura, pertumbuhan tertinggi sebenarnya dicatat Thailand. Dibandingkan tahun lalu untuk periode Januari-Juli 2017, Thailand mencatat kenaikan 458,99 persen, dimana transaksi impornya sebesar US$51,56 juta."
Secara keseluruhan, transaksi impor Sulsel periode Januari-Juli 2017 meningkat 45,20 persen dibandingkan tahun lalu atau setara US$588,11 juta. Komoditas terbesar yang diimpor Sulsel adalah bahan bakar mineral (US$129,53 juta). Disusul mesin-mesin/pesawat mekanik (US$110,57 juta) dan gandum-ganduman (US$74,47 juta).?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: