Pemerintah akhirnya angkat bicara terkait penurunan populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita menyampaikan agar situasi dan kondisi di lapangan tersebut dapat dipahami oleh semua pihak.
Ia menjelaskan, adanya penurunan populasi ayam petelur tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam pengendalian untuk menjaga stabilitas harga telur di tingkat peternak.
?Saat ini populasi ayam memang menurun, karena kebijakan kami untuk menurunkan populasi di Blitar yang sebelumnya mengalami over supply, dengan harapan harga telur di tingkat peternak stabil,? kata I Ketut Diarmita.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut muncul karena sebelumnya ada keluhan dari peternak tentang penurunan harga ayam hidup (broiler dan jantan layer), serta telur ayam dibawah harga pokok produksi, bahkan sebelumnya harga telur juga sempat mencapai Rp14.000.
?Pada beberapa bulan yang lalu pemerintah didemo oleh beberapa perwakilan peternak di kantor kami dan juga di Istana Negara terkait dengan adanya penurunan harga telur di Blitar yang menyebabkan peternak mengalami kerugian, bahkan sampai ada yang tidak mampu melanjutkan usahanya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kami telah melakukan peninjauan langsung ke kandang dan menemui para peternak di Kabupaten Blitar,? paparnya.
Ia mengakui bahwa pemerintah telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan stakeholder lainnya untuk mencari solusi permasalahan terkait anjloknya harga telur tersebut. Pemerintah dengan semua pihak terus berkoordinasi dan bekerja sama untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Setelah mengetahui situasi dan kondisi di lapangan, pemerintah telah diambil beberapa kebijakan yang disepakati bersama para pemangku kepentingan setempat. Kebijakan dari aspek hulu yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui Ditjen PKH Kementerian Pertanian, terutama untuk menstabilkan harga telur dan ayam, yaitu dengan melakukan pengaturan keseimbangan supply dan demand melalui penyesuaian jumlah final stock sesuai dengan penerapan Kepmentan 3035/2017 agar tidak terjadi over supplay setelah dilakukan pendataan dan penghitungan pasokan dan kebutuhan.
?Melalui pendekatan tersebut, keseimbangan Supply dan Demand ternyata segera pulih kembali,? paparnya.
Selain itu, untuk mendukung kelancaran pengendalian populasi tersebut juga dilakukan pemantauan dan monitoring secara berkelanjutan.
?Berdasarkan pantauan dari Pengamat Informasi Pasar (PIP) Ditjen PKH, setelah diterapkannya kebijakan pengendalian populasi ayam tersebut, harga telur ayam terus mengalami peningkatan. Harga telur di Blitar saat ini Rp16.000 - Rp16.500 (stabil), di Yogyakarta Rp17.000, Jabodetabek Rp18.000, sedangkan Harga Acuan yang telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan adalah Rp18.000. Bahkan pada periode tanggal 12 Juli sampai tanggal 21 Juli 2017 sudah pernah melewati harga acuan di tingkat pembelian yang ditetapkan pemerintah", pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Advertisement