Myanmar menolak tuduhan pembersihan etnis dari PBB, dengan mengatakan bahwa pasukan keamanannya memerangi gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap sekitar 30 pos polisi dan kamp militer pada 25 Agustus.
Gerilyawan juga berada di balik serangan serupa namun lebih kecil di bulan Oktober tahun lalu, yang juga menyebabkan respons militer Myanmar yang brutal yang memicu kaburnya sebanyak 87.000 Rohingya ke Bangladesh.
Robert D. Watkins mengatakan eksodus sejak 25 Agustus jauh lebih besar daripada arus yang dipicu oleh pembersihan etnis di bekas negara Yugoslavia selama tahun 1990an.
"Berbeda dengan di sini karena jumlahnya jauh lebih besar, angka yang masif dalam waktu singkat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement