Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

ACT Membangun Kembali Ekonomi Rohingya

ACT Membangun Kembali Ekonomi Rohingya Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk membangun kembali kehidupan para pengungsi Rohingya di Bangladesh, Aksi Cepat Tanggap (ACT) tidak hanya memberikan bantuan keselamatan, kesehatan, pendidikan, dan shelter, namun ACT juga berupaya untuk membangun kembali perekonomian Rohingya.

Untuk itu, guna memenuhi kebutuhan pengungsi dalam aktivitas ekonomi, ACT menunjangnya denganakan Humanity Card. Program yang sudah bergulir sejak awal 2017 ini memudahkan pengungsi untuk berbelanja kebutuhan pokok secara cuma-cuma di sejumlah toko yang telah berafiliasi dengan HC. Bahkan, dalam waktu dekat ini, berbagai kebutuhan pokok tersebut akan disuplai oleh Humanity Distribution Center (HDC).

?Konsepnya seperti warehouse. HDC ini akan memasok barang-barang kebutuhan pokok ke beberapa toko yang berafiliasi dengan HC,? ujar Direktur Global Humanity Response ACT, Bambang Triyono di Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Tidak hanya itu, Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya juga akan berusaha mengangkut hingga 10.000 ton beras demi bisa memasok kebutuhan pangan ratusan ribu keluarga pengungsi Rohingya.

Untuk pemberdayaan ekonomi para pengungsi, ACT merencanakan membangun sejumlah pasar di 100 titik pengungsian. Tujuannya tentu agar para pengungsi mampu hidup mandiri dengan berwirausaha. Seribu hektar lahan juga tengah dipersiapkan agar bisa digunakan pengungsi Rohingya untuk kegiatan peternakan, pertanian, dan perkebunan.

?Ini adalah ikhtiar yang besar dan ACT berusaha semaksimal mungkin untuk membangun kembali kehidupan pengungsi Rohingya. Kami ingin mereka mandiri dan berdaya, terlepas status mereka sebagai pengungsi di negeri orang,? kata Bambang.

Menurut Bambang, harapan agar mereka mampu kembali ke kampung halaman dengan menggenggam status kewarganegaraan selalu ada. Sementara advokasi atas hak asasi mereka diupayakan, membantu mereka menjadi berdaya saat ini adalah pilihan terbaik.

"Dengan kondisi yang berdaya, jika sewaktu-waktu harus kembali ke tanah kelahirannya, mereka akan lebih kuat. Baik secara fisik, mental, maupun ekonomi. ini tentu modal bagi mereka untuk membangun kembali tanah kelahiran yang sebelumnya telah porak-poranda. Dan hal ini tentunya menjadi kerja kemanusiaan yang panjang," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: