Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

RAPBN 2018 Diminta Sertakan Program Perhutanan Sosial

RAPBN 2018 Diminta Sertakan Program Perhutanan Sosial Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk tahun 2018 disarankan perlu memperhatikan mengenai program perhutanan sosial yang saat ini juga sedang menjadi kontroversi bagi sejumlah kalangan masyarakat.?Anggota Badan Anggaran DPR RI Sukiman, Selasa, mengemukakan sejumlah hal tentang perhutanan sosial perlu untuk mendapatkan perhatian dalam RAPBN 2018.

Hasil riset yang dilakukan lembaga Indonesia Budget Center (IBC) menginginkan agar DPR memasukkan tambahan komponen kegiatan pendukung rehabilitasi hutan dan lahan yang dibiayai dalam rumusan RUU APBN 2018 untuk peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan.?Hal tersebut, lanjutnya, sejalan dengan agenda prioritas proyek pemerintah di tahun 2018 untuk percepatan redistribusi lahan melalui program perhutanan sosial 12,7 juta ha hingga 2019.

Politisi PAN itu mengungkapkan berdasarkan riset IBC, kebutuhan kebutuhan anggaran perhutanan sosial berdasarkan hasil riset IBC mencapai Rp830 miliar per tahun. Untuk itu, masukan dari lembaga IBC tersebut merupakan saran penting yang sangat perlu untuk dipertimbangkan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana mengapresiasi program perhutanan sosial guna membuat hutan nasional lebih produktif serta meningkatkan kesejahteraan warga di sekitarnya, tetapi menegaskan bahwa program itu perlu pengawasan.

"Adanya kebijakan ini bagus, asalkan pelaksanaannya disertai dengan pengawasan dan pengendaliannya," kata Azam Azman.

Politisi Partai Demokrat itu mencontohkan, jangan sampai hak atas lahan dalam program itu beralih dengan berbagai macam cara yang tidak benar, terlebih dalam regulasi terkait disebutkan diberikan selama 35 tahun dan bisa diwariskan.

Untuk itu, ujar dia, dalam pelaksanaan program perhutanan sosial perlu adanya pembinaan dan pengawasan sehingga tidak terjadi peralihan kepemilikan tanah.

"Kami optimistis lahan perhutanan Indonesia bisa lebih produktif dan bisa hijau kembali. Kami melihat akan ada yang mengelola dan mengoperasikan, mudah-mudahan ini menjadi kenyataan. Yang penting adalah bisa diawasi, dikelola, dibina dan tidak menjadi perubahan kepemilikan dari tanah," ucapnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: