Bank Indonesia (BI) secara resmi membuka pekan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) Papua 2017. Mengangkat tema 'Dengan Nontunai: Lebih Mudah, Lebih Aman, dan Lebih Keren!', BI ingin masyarakat Papua kompak untuk memulai kebiasaan bertransaksi secara non tunai.
Deputi Gubernur BI Sugeng menjelaskan, sejak 14 Agustus 2014, BI telah mencanangkan GNNT ini sebagai upaya mendorong masyarakat menggunakan sistem dan instrumen pembayaran nontunai dalam transaksi pembayaran.?
?Masyarakat dunia telah berangsur-angsur beralih dari komunitas yang didominasi oleh transaksi berbasis uang tunai menjadi nontunai dalam kegiatan ekonominya. Bukan hanya di negara-negara maju, bahkan di negara-negara yang dijuluki negara dunia ketiga seperti di Afrika pun, telah bergerak menuju masyarakat yang bersifat Less Cash Society," kata Sugeng di Jayapura, Papua, Jumat (13/10/2017).
Atas dasar itu, lanjut Sugeng, BI sangat serius dalam melakukan sosialisasi di seluruh Indonesia mengenai GNNT, termasuk di Papua.
"Kami sangat mengapresiasi kekompakan dan usaha perbankan dan penerbit instrumen pembayaran nontunai di Provinsi Papua untuk memperkenalkan penggunaan transaksi nontunai. Dan memang diperlukan kegiatan sosialisasi yang masif, sistematis dan terkoordinasi untuk memperkenalkan instrumen pembayaran nontunai di Tanah Papua," ungkapnya.
BI memandang hal yang sama juga dibutuhkan oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Dijelaskan Sugeng, apa yang dilakukan oleh BI, OJK, bank dan penerbit di Papua ini patut dicontoh oleh daerah-daerah lain.
"Kami menantang perbankan dan penerbit untuk membantu pemerintah daerah di 29 Kabupaten/Kota di Papua agar dapat segera menerapkan transaksi pembayaran nontunai dalam pengelolaan keuangan daerah, baik dari sisi pendapatan maupun belanja," papar Sugeng.
Ada banyak sekali manfaat yang diberikan oleh suatu Less Cash Society. Pertama, adalah kepraktisan dan keamanan dalam bertransaksi. Kedua, secara makroekonomi, efisiensi ekonomi yang dilakukan sangat besar. ?Sistem perbankan juga dapat menekan biaya pengelolaan kas tunai, sementara Bank sentral dapat menghemat triliunan biaya pencetakan dan pendistribusian uang tunai.
Ketiga, pencatatan transaksi yang terjadi secara otomatis dan transparan memudahkan monitoring dan perencanaan dunia usaha maupun perekonomian secara umum. Keempat, sirkulasi uang dalam perekonomian dapat berlangsung secara lebih cepat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal yang tak kalah pentingnya, komunitas masyarakat yang basis transaksinya nontunai, membuka kesempatan bagi seluas-luasnya anggotanya untuk mengakses layanan keuangan yang mungkin selama ini hanya dapat dinikmati oleh kelompok tertentu atau eksklusif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement