Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah, merupakan kilang minyak yang terpenting, kata Direktur Jenderan Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ego Syahrial.
"Ini karena kapasitas kilang seluruh Indonesia sekitar 1,1 juta barel per hari, khusus untuk kilang Cilacap ini berkontribusi sekitar 348.000 barel/hari atau sekitar 33 persen. Jadi, sangat signifikan, ini yang terbesar di Indonesia," katanya usai mengunjungi kilang Pertamina RU IV Cilacap, Jumat (10/11/2017).
Ego Syahrial mengatakan yang terpenting dari RU IV Cilacap adalah kilang Pertamina tersebut telah melaksanakan program-program perbaikan (upgrading) untuk menurunkan biaya pokok produksi.
Selain itu, program-program tersebut benar-benar meningkatkan kualitas maupun nilai produk akhir (end product) dari minyak mentah (crude oil).
Ia mencontohkan kilang Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) yang meningkatkan kapasitas produksi, baik secara kualitas maupun volume, terutama untuk RON 92 (pertamax) atau yang lebih tinggi serta meningkatkan produksi elpiji.
"Seperti kita ketahui, elpiji sangat penting untuk program konversi minyak tanah ke elpiji," kata Ego didampingi Senior Vice President Refining Operation PT Pertamina (Persero) Budi Santoso Syarief dan General Manager Pertamina RU IV Cilacap Dadi Sugiana.
Ego mengatakan bahwa RU IV juga punya program Pertamina Langit Biru Cilacap (PLBC) dalam rangka meningkatkan kualitas seluruh produk menuju standar Euro IV.
Menurut dia, kilang RU IV juga sedang dalam proses program Refinery Development Masterplan Program (RDMP) untuk meningkatkan kapasitas dari semula 348 ribu barel menjadi 400.000 barel.
Dari kunjungan kerja tersebut, diketahui bahwa RU IV merupakan salah satu kilang yang paling efisien di Indonesia.
"Dalam rangka mendorong program-program peningkatan kualitas, mutu, maupun 'end product' yang lebih tinggi kualitasnya, pemerintah bersama DPR memberi 'support' kepada Pertamina," katanya.
Saat ditanya mengenai "joint venture" antara Pertamina RU IV Cilacap dan Saudi Aramco dalam pelaksanaan RDMP, Senior Vice President Refining Operation PT Pertamina (Persero) Budi Santoso Syarief mengatakan bahwa saat ini masih dilakukan evaluasi terkait dengan penyertaan aset.
"Kami masih evaluasi seberapa jauh kami bisa memberikan aset kami ke 'joint' dengan Saudi Aramco. Masih dikaji di kantor pusat," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, "joint venture" merupakan yang pertama bagi Pertamina sehingga masalah penyertaan aset masih dikaji.
Menurut dia, kajian tersebut akan secepatnya diselesaikan karena telah ditunggu oleh Saudi Aramco.
"Aset-aset ini 'kan bukan hanya punya Pertamina, melainkan punya pemerintah juga, sehingga akan dibicarakan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Advertisement