Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Campur Tangan Istana di Balik Upaya Penjegalan La Nyalla?

Ada Campur Tangan Istana di Balik Upaya Penjegalan La Nyalla? Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI), Arifin Nur Cahyono menduga ada operasi janggal yang berusaha untuk mengganjal pencalonan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim), La Nyalla Mattalitti di Pilgub Jatim.

Dia mengaku menduga ada operasi politik dari pihak yang berkuasa untuk menyandera sejumlah Ketua Umum Partai dengan menggunakan isu korupsi, agar mendukung kandidat yang didukung oleh pihak penguasa.

"Sebagai contohnya adalah, adanya dugaan operasi politik pihak yang berkuasa mengganjal pencalonan dari La Nyala Mataliti sebagai calon Gubernur Jawa Timur yang diajukan Partai Gerindra," katanya dalam keterangan pers yang diterima wartawan, Kamis (21/12/2017).

Menurut dia, tujuan dari operasi mengganjal La Nyala untuk berlaga dalam Pilkada Jawa Timur adalah agar Pilkada tersebut berlangsung dalam skema kekuatan yang berkuasa, yaitu kandidat Jokowi versus kandidat Jokowi, atau all Jokowi final.

"Salah satu wujud operasi politik yang dilakukan tersebut yaitu diduga mereka menyandera Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan, dengan menggunakan isu korupsi di periode sebelumnya, agar PAN tak turut serta mendukung La Nyala Matalitti yang diajukan oleh Partai Gerindra," jelasnya.

Jika PAN tak mendukung, maka presentase dukungan dari partai politik kepada La Nyala Mataliti untuk maju di Pilgub Jatim tak akan mencukupi. Sebab Gerindra hanya mengantongi 13 kursi. Dibutuhkan 7 kursi DPRD Jatim dari PAN agar La Nyalla bisa ikut dalam kontestasi lima tahunan itu. Menurut dia, jika PAN tak dukung La Nyalla, maka dapat dikatakan siapapun yang terpilih di Pilgub di Jawa Timur, dipastikan otomatis akan mendukung Jokowi sebagai calon Presiden pada Pilpres 2019.

"Jika yang bertarung di Pilkada Jawa Timur hanya dua pasang kandidat, yaitu Saifullah Yusuf dan Khofifah, maka siapapun yang menang di Pilkada Jawa Timur, dipastikan adalah orangnya Jokowi, yang akan terlibat dalam pemengangan Jokowi dalam Pilpres 2019," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, lanjut Arifin, dalam Pilpres 2014 yang lalu, wilayah Jawa Timur adalah medan perebutan suara yang sangat panas antara kubu Jokowi dan kubu Prabowo.?"Dipastikan tahun 2019 nanti Jawa Timur ?tetap menjadi medan yang sangat panas, karena itu presiden Jokowi perlu memastikan kemenangannya di wilayah tersebut dengan menempatkan dua kandidat yang merupakan orangnya untuk berlaga dan menjadi Gubernur di wilayah tersebut," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: