Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dua Sisi Dato' Sri Tahir

Dua Sisi Dato' Sri Tahir Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ia merupakan pebisnis sukses dan orang terkaya kelima di Indonesia. Ia juga merupakan filantropis yang kerap menggelontorkan dana hingga jutaan dolar AS. 

Dato’ Sri Tahir tidak hanya dikenal sebagai pebisnis sukses di Indonesia, tetapi juga seorang filantropis. Tahir yang merupakan pendiri Mayapada Group memiliki lembaga kemanusiaan Tahir Foundation. Lembaga tersebut menjadi sarana bagi Tahir untuk menjalankan misi-misi aktivitas kemanusiaannya.

Berdirinya Tahir Foundation memiliki visi meningkatkan kualitas hidup masyarakat tidak mampu dari sisi kesehatan dan pendidikan. Dalam memberi bantuan, program yang dijalankan Tahir Foundation beragam.

Salah satu program bantuan tersebut adalah pemberian dana senilai Rp20 miliar untuk pemulihan pascabencana di Aceh. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Tahir kepada Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa. Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat bencana dan untuk membangun gedung serbaguna yang permanen untuk masyarakat di Aceh. Gedung tersebut bisa digunakan sebagai tempat tinggal sementara jika terjadi bencana lagi.

Bantuan yang diberikan oleh Tahir Foundation juga tidak hanya berupa dana. Lembaga ini berpartisipasi menambah 20 unit Transjakarta Cares yang dikhususkan untuk penyandang berkebutuhan khusus. Dilihat dari nilainya, bantuan yang diberikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai Rp3,126 miliar.

Saat terjadi banjir di Jakarta 2013, Tahir bersama beberapa pengusaha lainnya ikut menyumbangkan Rp7 miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku, dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir. 

Bantuan yang diberikan Tahir Foundation juga merambah sampai luar negeri. Lembaga ini berpartisipasi terhadap kesejahteraan pengungsi Suriah yang berada di Kerjaan Heshemite. Bantuan yang diberikan tersebut mencapai US$2,2 juta.

Tahir juga menyediakan dana perwalian pendidikan US$ 200 ribu untuk pendidikan lima anak Suriah yang diambil dari pengungsi di Azraq perkemahan pengungsian di Provinsi Zarqa, Timur Amman. Tahir juga mengatakan mengangkat satu anak dari keluarganya dan menyediakan US$200.000 untuk tujuan pendidikan.

Pengusaha yang dikabarkan oleh Forbes memiliki kekayaan senilai US$2,8 miliar tersebut merupakan sosok dibalik kedatangan pendiri Microsoft, Bill Gates ke Indonesia pada 2014. Kedatangan Bill Gates saat itu juga sehubungan dengan kegiatan amal dengan memberi bantuan US$40 miliar untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat miskin di Indonesia.

Selain itu, ia juga menyumbang dana sebesar US$75 juta untuk The Global Fund yang disalurkan untuk melawan TBC, HIV-AIDS, dan malaria di Indonesia. Kegiatan tersebut bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation,

Aktifnya Tahir dalam kegiatan sosial tersebut dilatarbelakangi keinginannya membantu sesama manusia. Selain itu, bantuan-bantuan tersebut juga merupakan bentuk terima kasih Tahir kepada Indonesia. “Saya hidup dan besar di negeri ini. Jadi, kalau saya mengembalikan sebuah harta untuk masyarakat Indonesia, itu adalah konsekuensi. Jadi, tidak ada susahnya dan tidak ada spesialnya,” kata Tahir saat diwawancarai Warta Ekonomi di kantornya.

Dalam meniti kariernya hingga sampai saat ini, Tahir harus melaluinya dari titik paling bawah. Ia lahir dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang sulit di Surabaya pada 1952. Sejak kecil, Tahir memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Namun, impian tersebut harus kandas karena kuliahnya terpaksa terhenti akibat tidak sanggup untuk membiayai pendidikannya. Meski tidak bisa menjadi dokter, saat ini kenginannya tersalurkan dengan memiliki Mayapada Hospital di sejumlah kota. Baginya, bisnis rumah sakit adalah bisnis jangka panjang. Memang, sementara ini, profitnya tidak besar, tapi menurut Tahir, value-nya yang besar

Perjalanan masa lalu Tahir membuatnya ringan tangan untuk membantu sesama manusia. Bahkan, dalam salah satu pernyataanya, ia rela memberikan hartanya, 100% untuk kemiskinan di Indonesia. “Saya ingin memenuhi hidup ini dengan karier, dengan sosial, dengan keluarga, dengan ibadah,” kata Tahir.

Baginya, antara keempat unsur tersebut satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berbisnis dan berbuat amal tidak dapat dipisahkan. Apalagi, ia yakin dengan beramal, tidak akan membuatnya miskin. Justru, beramal akan semakin membuatnya giat untuk berbisnis. Pasalnya, ada tanggungan beramal yang harus ia tunaikan. 

“Saya mau kasih keyakinan kasus 97/98, krisis ekonomi keuangan di Asia, tahun 2008 krisis di Amerika. Kita sudah lihat dengan mata, perusahaan usia 200 tahun bangkrut, 100 tahun bangkrut. Tapi, seumur hidup, saya belum pernah lihat orang kerja dan filantropi bangkrut,” tandas Tahir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Moch Januar Rizki
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: