Saat ini, proses disrupsi terlihat sudah sangat jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan disrupsi di masa lalu. Hal ini jelas terlihat dari adanya fenomena disrupsi digital dan transformasi digital, keadaan saat inovasi-inovasi bergerak dengan sangat cepat: cepat datang; cepat pula lewat. Dahulu, disrupsi lebih banyak dilakukan oleh perusahaan, tapi sekarang konsumen pun turut mendisrupsi industri yang sudah ada sebelumnya. Saat ini, konsumen sudah menjadi digital native, sedangkan banyak perusahaan yang belum melakukan transformasi digital.
Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan tradisional mendapat serangan dari dua sisi: (1) dari pesaing-pesaing yang sudah melakukan transformasi digital dan sudah siap untuk diserap di era digital ini; (2) diserang oleh kebutuhan konsumen yang sudah menjadi digital native. Mereka mengharapkan semua penyuplainya dapat melayani sesuai dengan keinginan mereka, paling tidak secara digital. Selain kedua hal tersebut, ada hal lain yang turut melakukan disrupsi, yakni advancement technology.
Kemajuan teknologi yang terjadi secara terus menerus memberikan ide atau kesempatan, tetapi faktor ini biasanya datang melalui perusahaan lain. Kita lihat hampir tidak ada industri yang tidak terkena dampak disrupsi digital. Semua lini terdampak dengan adanya disrupsi tersebut, pun sekaligus memberikan manfaat di semua lini. Contohnya, ada yang memberi manfaat di sisi hubungan dengan konsumen, efisiensi, inovasi, dan lain sebagainya. Tidak ada perusahaan di dunia ini yang tidak membutuhkan hal tersebut. Semua perusahaan menginginkan adanya penurunan biaya. Jika perusahaan mengambil kesempatan ini, itu artinya perusahaan telah memperoleh manfaat berupa efisiensi dari adanya disrupsi digital. Begitu pula jika perusahaan tersebut tidak melakukan inovasi, sedang pesaingnya mengambil langkah inovasi, maka perusahaan akan tertinggal dan menjadi tidak bisa bersaing.
Mengenai persoalan respons industri terhadap disrupsi, ada hasil riset yang mengatakan bahwa sebagai sebuah negara, Indonesia agak tertinggal di sisi transformasi digital dibanding negara-negara Asia yang lain. Itu satu hal yang memang menjadi kendala, tetapi juga menjadi kesempatan. Di sisi lain, konsumen Indonesia adalah konsumen yang relatif terdepan dalam hal melakukan disrupsi dan mengadopsi teknologi baru. Hal ini mungkin terjadi karena Indonesia tidak melewati masa fixed internet, melainkan langsung ke mobile internet. Inilah yang kemudian menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara yang menarik sehingga banyak perusahaan luar negeri di bidang digital yang menggunakan Indonesia sebagai pasar uji coba. Artinya, konsumen di Indonesia lebih cepat dibanding negara-negara lain, tetapi perusahaannya memang masih agak tertinggal. Oleh sebab itu, Indonesia masih harus mengejar dua hal tersebut.
Ada beberapa perkembangan yang menyebabkan ketimpangan antara kemajuan konsumen dengan kesiapan perusahaan, salah satunya mengenai harga. Konsumen menginginkan adanya inovasi dan ingin mengadopsi secara cepat, tetapi daya beli di Indonesia dibandingkan dengan negara Barat masih kalah. Dengan demikian, yang akan menjadi pemenang adalah dia yang bisa memberikan supply experience yang sesuai dengan harapan konsumen, dalam hal ini digital, tentunya dengan harga yang terjangkau sesuai dengan daya beli masyarakat.
Kedua, terkadang, masih terhambat oleh regulasi, contohnya cloud. Indonesia juga masih agak tertinggal dari sisi cloud. Banyak perusahaan yang masih bingung dalam memilih cloud untuk digunakan, dan apakah cloud tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku atau tidak. Hal seperi ini membuat perusahaan menunggu-nunggu. Di sisi lain, hal ini juga menjadi sebuah kesempatan bagi perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa digital, Telkomtelstra, misalnya. Saat ini, Telkomtelstra sudah meluncurkan cloud yang berbasis cloud global, tetapi produknya bisa dibeli di dalam negeri, bahkan datanya bisa disimpan di dalam negeri.
Kondisi perekonomian seperti ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan transformasi digital. Telkomtelstra merupakan salah satu supplier atau mitra yang dapat membantu perusahaan dalam melakukan transformasi digital. Cloud menjadi salah satu produk yang sedang ramai dicari. Manage network service juga sudah menjadi kebutuhan. Perusahaan sudah mulai merasa ketergantungan terhadap persediaan data internet sehingga perlu adanya perusahaan seperti Telkomtelstra untuk membantu kelancaran data internet. Jadi, semua bisnis kita kebetulan berada di area yang mendukung transformasi digital. Saat ini, pelanggan mengharapkan sesuatu yang lebih dari vendornya. Pelanggan menginginkan satu pengalaman yang berbeda.
Oleh sebab itu, perusahaan harus memberikan pengalaman digital yang lebih bagi konsumen sehingga akan merangsang minat belanja masyarakat sebagai pelanggan. Adapun produk yang ditawarkan oleh Telkomtelstra, antara lain security, cloud, dan manage network service. Industri yang menjadi pasar terbesarnya adalah banking dan financial services. Lainnya adalah sektor transportasi, ritel, dan conventional services yang juga masih memerlukan banyak dukungan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu