Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi disambut di Gedung Parlemen Australia pada hari Senin (19/3/2018) untuk dimulainya kunjungan kenegaraan di tengah protes atas tanggapannya yang pasif terhadap tindakan keras militer terhadap Muslim Rohingya.
Peraih Nobel Perdamaian tiba di Sydney pada akhir pekan lalu untuk menghadiri pertemuan puncak para pemimpin Asia Tenggara. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan pada hari Minggu (19/3/2018) bahwa Suu Kyi telah mencari bantuan kemanusiaan dari sesama anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara dan Australia untuk menghadapi krisis tersebut.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga mengatakan pada KTT bahwa krisis pengungsi tidak lagi menjadi masalah domestik bagi Myanmar, karena insiden melarikan diri dari Rohingya bisa menjadi target utama radikalisasi oleh para teroris.
Sekitar 700.000 pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak akhir Agustus, ketika pasukan keamanan Myanmar memulai "operasi pembersihan" besar-besaran setelah kelompok gerilyawan Rohingya Arakan menyerang pos keamanan pasukan Myanmar.
Myanmar dengan tegas membantah bahwa pasukan keamanannya telah menargetkan warga sipil di negara bagian Rakhine. Suu Kyi juga telah mendapatkan kritik internasional. Namun, penolakan Myanmar telah nampak semakin lemah karena rekening mengerikan dari pengungsi telah terakumulasi dan citra satelit dan bukti lain dari desa Rohingya yang hancur telah dikumpulkan.
Associated Press bulan lalu mendokumentasikan sebuah kejadian mengerikan yang menimpa warga Rohingya di mana melalui video dan keterangan saksi setidaknya ada lima kuburan massal warga sipil Rohingya. Saksi mata mengatakan militer menggunakan asam untuk menghapus identitas korban. Pemerintah Myanmar langsung menolaknya, dengan mempertahankan bahwa hanya "teroris" yang terbunuh yang kemudian "dikubur dengan hati-hati".
Suu Kyi berada di bawah tahanan rumah selama hampir 15 tahun sebelum dia dibebaskan pada tahun 2010. Dia terakhir mengunjungi Canberra pada tahun 2013 dalam tur lima hari di Australia, sebelum dia diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin Myanmar.
Perdana Menteri saat itu Tony Abbott menggambarkannya sebagai "ikon demokrasi" dan Menteri Luar Negeri Julie Bishop juga mengatakan bahwa Suu Kyi telah menginspirasinya untuk memasuki dunia politik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo