PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sepanjang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp4,02 triliun atau meningkat 8,3% dibandingkan 2016 yang sebesar Rp3,71 triliun. Adapun EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat Rp3,49 triliun atau naik 86,9%.
Per 31 Desember 2017, TBIG memiliki 23.018 penyewaan dan 13.509 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 13.461 menara telekomunikasi dan 48 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 22.970, rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,71.
"Kami dengan bangga mengumumkan tahun pertumbuhan organik yang sangat baik, dimana kami menambahkan 3.009 penyewaan gross yang terdiri dari 925 site telekomunikasi dan 2.084 kolokasi. Penambahan yang signifikan pada penyewa kolokasi telah meningkatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) dari 1,63 pada Q4 2016 menjadi 1,71 di Q4 2017," Kata CEO TBIG Hardi Wijaya Liong di Jakarta, Rabu (21/3/2017).
Hardi menambahkan, kontrak jangka panjang dari operator telekomunikasi yang terjamin, memastikan arus kas yang kuat dan meningkat, yang memungkinkan kami melanjutkan inisiatif pengembalian untuk pemegang saham kami.
"Kami berencana untuk mengusulkan pembagian dividen untuk tahun buku 2017 sebesar kurang lebih Rp650 sampai Rp750 miliar pada RUPS Tahunan 2018 yang akan datang," tambahnya.
Selain itu, lanjut dia, perusahaan tetap aktif melakukan pembelian kembali saham pada saat run-rate EV/EBITDA multiple pada saat ini berada di bawah dari kisaran target. Berdasarkan EBITDA triwulan IV/2017 yang disetahunkan (run-rate EBITDA) dan saldo total pinjaman bersih (net debt) kuartal IV/2017 (dengan memperhitungkan kontrak lindung nilai) dan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang telah disesuaikan dengan saham treasuri sebesar 1,89% yang dimiliki per akhir Desember 2017) maka run-rate EV/EBITDA adalah sebesar ~11,9x berdasarkan harga saham Rp5.700.
CFO TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan capaian kinerja perseroan tahun lalu telah mengadopsi perubahan kebijakan akuntansi terkait dengan PSAK 16 dan juga perubahan peraturan pajak pendapatan perusahaan. Perubahan ini tidak ada pengaruhnya terhadap pendapatan dan EBITDA Perseroan dan tidak akan mengubah perhitungan utang dan covenant perseroan.
"Kami terus mematuhi strategi konservatif kami untuk melindung nilai seluruh utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang sehingga pergerakan dalam Rupiah akhir-akhir ini tidak memiliki dampak buruk pada bisnis atau keuangan kami. Kreditur kami tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage kami pada 4,9x rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan," tambah Helmy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah