Melambungnya harga jual cabai merah keriting di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, saat ini membuat kalangan petani sayuran di daerah itu ramai-ramai menanam cabai.
Menurut keterangan Acil (37) petani sayuran di Kelurahan Air Bang, Kecamatan Curup Tengah, Minggu, saat ini harga jual cabai merah ditingkatan petani mencapai Rp35.000 per kg, sedangkan di pasaran harganya mencapai Rp50.000 per kg, di mana harga cabai ini bertahan di angka yang cukup tinggi sejak awal 2018 lalu.
"Paling rendah Rp20.000 per kg, seterusnya harga cabai merah ini bertahan di atas Rp20.000 per kg. Mahalnya harga jual cabai merah ini membuat petani sayuran di sini mulai menanam cabai merah semuanya," kata Acil.
Mahalnya harga jual cabai merah di daerah tersebut tambah dia, karena banyak tanaman cabai petani yang terserang hama penyakit sehingga produksinya berkurang. Serangan hama penyakit ini tidak bisa dihindari petani walaupun sudah melakukan penyemprotan dengan menggunakan obatan-obatan pertanian.
"Hama penyakit cabai ini muncul karena musim hujan yang berkepanjangan sehingga tanaman cabai rentan diserang penyakit seperti mati ranting, busuk buah, daun menguning atau bule dan penyakit lainnya. Akibat serangan penyakit ini produksi cabai yang dihasilkan petani berkurang," ujarnya.
Sementara itu Wibowo (35) petani cabai merah di RT 8 Kelurahan Air Bang mengatakan, dirinya menanam cabai merah keriting karena saat ini harga jualnya cukup tinggi. Tanaman yang ditanamnya itu ditargetkan mendekati hari raya Idul Fitri mendatang sudah panen.
"Mudah-mudahan saat panennya nanti mendekati hari raya Idul Fitri harga jualnya masih tinggi, kalau harganya anjlok maka usaha saya ini bisa rugi," katanya.
Dirinya mengelola lahan seluas 250 meter persegi itu mengaku sudah menghabiskan modal hingga Rp7 juta yang digunakan untuk biaya pengolahan lahan, pembelian bibit, pembelian plastik mulsa, pupuk organik dan pupuk kimia serta obat-obatan pertanian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno
Tag Terkait: