Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Pasar Obligasi yang Mulai Membaik

Melihat Pasar Obligasi yang Mulai Membaik Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/9). Pada penutupan perdagangan akhir pekan, IHSG mampu menguat 24,80 poin atau 0,4 persen menjadi 5.857,119 poin. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penerbitan obligasi pada tahun ini diprediksi akan lebih banyak dari tahun lalu. Manisnya imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah bakal menjadi gula-gula bagi investor untuk masuk dan menyerap obligasi yang ditawarkan.

Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Management Budi Hikmat mengatakan  saat ini pasar Indonesia cukup banyak terimbas dari sentimen global lantaran sedikitnya sentimen domestik. Di pasar obligasi, Bahana memproyeksikan kondisi pasar obligasi Indonesia mulai membaik meski belum signifikan. 

"Selama yield obligasi pemerintah di atas 6,5%, investor pasti akan tertarik. Kami juga berharap agar Bank Indonesia tetap menjaga suku bunga BI 7-day Repo Rate pada level 4,25% hingga akhir tahun untuk memacu pertumbuhan kredit," katanya di Jakarta, Rabu (4/3/2018).

Sementara pasar saham Indonesia masih membutuhkan stimulus positif karena melihat koreksi yang sudah cukup dalam.

"IHSG secara teknikal memang sudah terkoreksi cukup dalam. Apakah ini opportunity? Indonesia membutuhkan sentimen domestik positif untuk bisa membangkitkan kembali keyakinan investor asing," ungkap Budi.

Beberapa stimulus positif yang dinantikan dan dapat menggairahkan pasar kembali di antaranya adalah data fiskal pada Mei, baik penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah.

Hasil pelaporan pajak individu (SPT) pada Maret dan SPT Perusahaan pada April mendatang bisa memberi kepercayaan bagi para investor. Apalagi, penerimaan pajak dari Januari hingga Februari 2018 lalu tumbuh 13,48%. Data ini penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat membiayai percepatan infrastruktur secara lebih mandiri dan mengurangi penerbitan utang. 

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menambahkan, laporan keuangan emiten kuartal satu tahun ini juga bisa menjadi katalis positif bagi IHSG.

"Sebagian besar laporan keuangan perusahaan pada kuartal empat lalu masih sesuai dengan ekspektasi analis atau konsensus. Maka itu, kami berharap hasil kinerja emiten kuartal satu juga akan tetap terjaga," terang Soni Wibowo.

Beberapa sektor industri mencatat pertumbuhan kinerja yang sesuai dengan proyeksi analis. Misalnya, sektor pertambangan, terutama batu bara dan sektor perbankan. Akan tetapi, sebagian sektor juga membukukan pertumbuhan di bawah target, seperti sektor telekomunikasi yang memiliki pertumbuhan margin melandai disebabkan kepemilikan telepon yang sudah optimum.

Sektor industri semen juga melambat karena menghadapi persaingan ketat dengan semen impor. Adapun sektor consumer goods, terutama untuk makanan konsumsi belum begitu menunjukkan kinerja yang baik di kuartal satu. 

Ke depan, Bahana TCW Investment Management melihat potensi koreksi terhadap IHSG sedikit membaik dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Indeks mungkin masih sedikit terkoreksi. Namun, untuk beberapa saham sudah terlihat bahwa valuasinya sudah lebih murah. Portfolio manager sudah mulai menunggu untuk membeli kembali seiring ekspektasi kinerja keuangan kuartal satu yang diharapkan sesuai dengan harapan,"ungkap Soni Wibowo.

Adapun bagi para investor yang ingin berinvestasi di reksa dana pasar saham, Bahana menyarankan agar menempatkan investasi secara bertahap sehingga bisa memperoleh hasil yang baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: