Membangun bisnis bukan merupakan pekerjaan instan, tetapi diperlukan konsistensi dan persistensi agar bisnis bisa berkembang dengan baik.
Abu Mansyur Matridi yang merupakan pengusaha asal Pelalawan, Riau, telah merasakan betapa perjalanan membangun bisnis penuh dengan lika-liku dan onak duri. Ia mulai membangun usaha saat menduduki bangku kuliah. Berbagai macam usaha telah digeluti, mulai dari usaha rental VCD hingga menjual kayu hasil pembalakan liar (illegal logging).
Sekitar tahun 1998 ia membuka usaha jasa rental VCD saat masih menduduki bangku kuliah dan berusia 20 tahun. Sebenarnya, saat itu sang ayah meminta dirinya untuk tidak menjalani kegiatan usaha dan fokus pada aktivitas kuliah. Akan tetapi, ia memaksakan diri untuk memulai usaha karena keinginan untuk berusaha begitu membuncah ditambah lagi uang kiriman dari orang tua dirasa kurang mencukupi. Saat itu ia berkuliah di Universitas Islam Riau yang berlokasi di Pekanbaru, sedangkan orang tua tinggal di Pelalawan.
"Diam-diam saya meminjam uang sebesar Rp15 juta dengan menggadaikan surat tanah seluas dua hektare. Uang itu saya pakai untuk men-take over usaha rental VCD milik teman," katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Pria yang biasa disapa Ridi ini mengakui tindakan menggadaikan surat tanah milik orang tua bukan merupakan perbuatan baik. Di sisi lain, ia menyadari bahwa untuk menjadi seorang pengusaha diperlukan sikap berani dan sedikit nekad. Sikap berani mengambil risiko itulah yang menjadi modal penting baginya agar kelak menjadi pengusaha sukses.
Dari bisnis rental VCD, ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp80.000 hingga Rp300.000 per hari. Dengan omzet sebesar itu, ia bisa mencicil pinjaman, memperkerjakan satu orang pegawai, dan mendapatkan sedikit pendapatan tambahan. Hingga saat ini orang tua Ridi tidak mengetahui bahwa salah satu surat tanahnya pernah digadaikan oleh sang anak. Salah satu penyebabnya adalah luasan tanah yang dimiliki oleh orang tuanya di Pelalawan cukup luas.
Di tengah perjalanan membangun bisnis, ia menyadari kompetisi usaha rental VCD di Pekanbaru semakin ketat. Selain itu, ia melihat usaha tersebut sudah tidak lagi prospektif dengan bermunculannya keping-keping VCD bajakan yang bisa dibeli dengan harga murah. Setelah dua tahun berjalan, tepatnya pada tahun 2000, ia memutuskan untuk menutup usaha tersebut.
Setelah menjalani bisnis rental VCD, ia beberapa kali mencoba usaha lain seperti menjual kayu akasia dan menjadi kontraktor. Sayangnya, usaha-usaha tersebut selalu kandas di tengah jalan. Sampai akhirnya pada tahun 2009, ia mendapat tawaran menjadi mitra binaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Saat itu ia yakin bahwa menjalin kemitraan dengan RAPP akan membantu dirinya membangun bisnis yang berkelanjutan.
Titik Balik
Kemitraan Ridi dengan RAPP menjadi titik balik bagi perjalanan usahanya. Sejak menjalin kemitraan tersebut bisnis yang ia bangun terus berkembang seiring dengan perkembangan bisnis RAPP. Bukan hanya menjalin kemitraan, Ridi juga mendapat pelatihan dari RAPP seperti pelatihan manajemen sumber daya manusia hingga pelatihan perpajakan.
"Tahun 2009 RAPP sedang membangun pusat pembibitan untuk pembibitan akasia. Saya diberi kesempatan untuk menyuplai tenaga kerja," ujarnya.
Pada tahun pertama ia menyuplai sekitar 60 tenaga kerja kepada RAPP. Kemudian kebutuhan tenaga kerja di bagian pembibitan kertas terus bertambah hingga menjadi 450 tenaga kerja. Alhasil, pendapatan usaha yang berada di bawah payung PT Artha Veda tersebut melonjak dari sebesar Rp120 juta per bulan pada tahun 2009 menjadi Rp1,6 miliar perbulan pada tahun 2018 ini.
"Marginnya sekitar 10% dari omzet per bulan," katanya.
Sukses di PT Artha Veda, ia mengatakan akan terus berekspansi dengan merambah sektor usaha lain serta menjalin kemitraan bersama perusahaan lain. Apalagi, ia sudah memiliki portofolio kemitraan bersama RAPP yang dikenal memiliki standar tinggi sehingga menjadi modal penting dalam melakukan ekspansi bisnis.
"Saya mendapat banyak pelajaran dari kemitraan bersama RAPP. Jadi, RAPP memiliki standar manajemen yang tinggi sehingga jika seorang pengusaha berhasil survive di RAPP maka insya Allah di tempat lain pasti tumbuh," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: