Asosiasi Pertekstilan Sayangkan Pelatihan Implementasi Industri 4.0 Bukan dari Kemenaker
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Ernovian G. Ismy, mengingatkan, selain menuju ke industri 4.0, pemerintah juga harus mempersiapkan keinginan pasar. Di sisi lain, industri pertekstilan sudah bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian untuk melakukan pelatihan. Namun, hal tersebut sebenarnya masih disayangkan karena tidak dilakukan dengan Kementerian Tenaga Kerja ataupun Pendidikan.
"Untuk sektor infrastruktur di industri tekstil, kalau dari segi produksi, hampir semua sudah menggunakan mesin canggih. Namun, jika dari segi distribusi, masih harus dipertanyakan jalur logistik sudah terintegrasi/ belum antara darat, laut, dan udara," tutur Ernovian dalam diskusi bisnis yang digelar Radio PAS FM, Jakarta, beberapa saat lalu.
Menurutnya, hingga saat ini biaya logistik di Indonesia merupakan paling mahal di ASEAN.
"Di industri tekstil dan garmen, perkembangan teknologi terjadi setiap tahun. Saat ini semua mengalami perubahan, termasuk perilaku konsumen. Yang tidak berubah adalah pasar yang selalu menginginkan harga murah serta kualitas bagus dan yang dapat memenuhi keinginan pasar tersebut adalah teknologi canggih," lanjutnya.
Presiden Joko Widodo meyakini Revolusi Industri 4.0 yang akan datang dapat memunculkan peluang lebih banyak bagi tenaga kerja baru. Hal itu disampaikan untuk menanggapi prediksi perusahaan konsultan manajemen multinasional, McKinsey, yang melakukan studi dampak terhadap perkembangan industri di masa mendatang. Menurut McKinsey, 800 juta pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan mesin dalam 12 tahun ke depan.
"Soal industri tekstil, teknologi canggih diharapkan dapat mengintegrasikan dari pengadaan bahan baku, proses produksi hingga penjualan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah