Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Makin Terpuruk, BI Dianggap Kurang Tanggap

Rupiah Makin Terpuruk, BI Dianggap Kurang Tanggap Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) dinilai kurang tanggap dalam menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini sudah menembus ke level Rp14.000 an per dolar AS. Data JISDOR BI menyebutkan nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (9/5/2018), dibuka pada posisi Rp14.074 per dolar AS, melemah lebih dalam dibandingkan posisi Selasa (8/5/2018) yang sebesar Rp14.036 per dolar AS.

Demikian yang dikatakan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM, Tony Prasentiantono, saat menghadiri diskusi Kongkow Bisnis PasFM 92.4 bertajuk "Rupiah Gonjang-Ganjing, Apa yang Bisa Dilakukan?" di Jakarta, Rabu (9/5/2018).

"Memang rupiah melemah nggak sendirian, cuma saya mencatat bahwa BI agak kurang aware (peduli). Karena, level Rp14.000 per dolar AS itu membuat kita nggak nyaman," ujar Tony.

Menurutnya, untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah, BI seharusnya tak melulu menggunakan cadangan devisa, lantaran hal tersebut belum mempengaruhi penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Selain intervensi melalui cadangan devisa, seharusnya BI bisa segera melakukan pengetatan kebijakan moneternya melalui suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate. Dengan langkah itu, diharapkan pelemahan nilai tukar rupiah bisa tertahan.

"Cadangan devisa merosot dengan jumlah signifikan. Jadi mestinya kenaikan suku bunga acuan sudah harus ditempuh BI. Ini bukan lagi soal hitungan bulan atau tahun, ini hitungan detik demi detik. BI harus merespon ini dan aware," ucapnya.

Dia menilai, saat ini yang harus dilakukan BI, bukan lagi menjaga suku bunga acuan di level yang rendah. Kondisi global khususnya terkait dengan kenaikan suku bunga The Fed, juga harus direspons BI dengan menaikkan suku bunga acuannya, dan tidak lagi menggunakan cadangan devisa sebagai langkah stabilisasi rupiah.

"Suku bunga rendah itu sudah harus ditinggalkan. Menurut saya, sayang untuk menggunakan cadangan devisa lagi. Devisa kita sudah menurun signifikan. Jadi, sudah layaknya BI menambah tambahan amunisi, jangan satu amunisi aja untuk meredam ini," paparnya.

Sekadar informasi, posisi cadangan devisa RI pada akhir April 2018 tercata sebesar US$124,9 miliar, atau tergerus US$1,1 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 yang tercatat sebesar US$126,0 miliar. Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: