Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Merdeka Copper Incar Rp2,09 T dari Rights Issue

Merdeka Copper Incar Rp2,09 T dari Rights Issue Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengincar dana sebesar Rp2,09 triliun dari pasar modal. Nantinya, dana tersebut dihasilkan dari hasil penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue

Wakil Direktur Utama sekaligus CEO MDKA, Colin Francis Moorhead, mengungkapkan bahwa dalam rights issue Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 933,33 juta lembar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham. 

"Kami telah menetapkan harga pelaksanaan HMETD sebesar Rp2.250 dengan target dana yang diraih sebanyak-banyaknya US$150 juta," tuturnya. 

Menurut Colin, dana hasil HMETD akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi bisnis perusahaan di masa depan.

"MDKA berencana meningkatkan kapasitas produksi dari rata-rata 4 juta ton menjadi 6 juta ton per tahun setelah Proyek Pengembangan Oksida (OXP) rampung yang ditargetkan pada akhir 2018," jelasnya. 

Rencana rights issue pun telah direstui para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini. 

Selain itu, RUPSLB juga menyepakati rencana mengubah kegiatan usaha dengan memperluas cakupan usaha MDKA di bidang perencanaan dan pelaksanaan di bidang jasa pertambangan serta bidang kegiatan pengolahan data. 

"Kami percaya bahwa penguatan bisnis MDKA akan memberikan nilai tambah bagi para stakeholders-nya, termasuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta keberlanjutan hidup dan keseimbangan ekologi di wilayah kerja kami. Kami berharap Perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, namun juga bagi masyarakat," ujar Colin.

Sekadar informasi, pada 2017 harga emas dunia menguat dipengaruhi nilai dolar AS yang terkait erat dengan kondisi geopolitik serta kebijakan moneter bank sentral di seluruh dunia. Pada kuartal I 2018, kenaikan harga emas terus berlanjut sejalan dengan pelemahan nilai dolar AS secara global terhadap mata uang dunia lainnya sebesar 9,3%.

Para analis logam mulia memperkirakan tren kenaikan permintaan ini akan terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan, didorong kenaikan permintaan dari sektor perhiasan, serta berkembangnya tren e-commerce secara global yang sangat bergantung pada penerapan dan pengembangan teknologi. Pasokan emas juga dinilai akan menurun seiring kebijakan lingkungan yang baru diterapkan di China. Adapun China merupakan produsen emas dunia dengan produksi sebanyak 13,9% dari total produksi dunia di tahun 2017.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: