Patokan global minyak mentah Brent melonjak hampir dua dolar AS per barel pada akhir perdagangan, Jumat (8/6/2018) pagi WIB, terangkat oleh kekhawatiran tentang penurunan tajam dalam ekspor dari Venezuela dan kekhawatiran OPEC tidak dapat meningkatkan produksi pada pertemuan bulan ini.
Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, ditutup naik 1,96 dolar AS atau 2,6%, menjadi 77,32 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Juli, naik 1,22 dolar AS atau 1,88% menjadi menetap di 65,95 dolar AS per barel.
Meningkatnya produksi AS telah membatasi kenaikan dalam harga WTI, memperlebar tingkat diskon terhadap Brent menjadi lebih dari 11 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah mendapat kenaikan awal karena kekhawatiran tentang ekspor dari Venezuela. Keuntungannya meningkat lebih lanjut ketika menteri perminyakan Aljazair mengindikasikan OPEC akan fokus untuk menyeimbangkan pasar daripada memundurkan kembali produksi.
"Mereka semua tampaknya mendorong kembali tekanan Saudi untuk meningkatkan produksi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York. "Dengan penurunan (harga) lebih dari 10%, mereka mungkin mempertimbangkan kembali sesuatu ketika mereka mendekati pertemuan."
Anggota OPEC Venezuela, diancam dengan sanksi-sanksi AS di tengah krisis ekonomi, hampir sebulan terlambat mengirimkan minyak mentah ke pelanggan-pelanggan dari terminal ekspor utamanya, menurut data pengiriman. Angola juga telah melihat penurunan produksi dengan cepat dari ladang-ladangnya yang sudah tua.
Di Venezuela, penundaan dan penurunan produksi yang kronis dapat segera melanggar kontrak pasokan PDVSA yang dikelola negara. Tanker -tanker yang menunggu untuk memuat lebih dari 24 juta barel minyak mentah, hampir sebanyak yang dikirimkan PDVSA pada April, sedang sandar di pelabuhan minyak utama, menurut data pengiriman.
Memperhatikan masalah-masalah Venezuela dan keputusan OPEC tentang pasokan, kepala riset London Capital Group, Jasper Lawler mengatakan, "pedagang-pedagang minyak dapat terlibat dalam peningkatan volatilitas."
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen lainnya termasuk Rusia, telah memangkas produksi sejak 2017 untuk mengurangi kelebihan pasokan minyak mentah global. Kelompok itu akan bertemu di Wina pada 22 Juni untuk membahas kebijakan pasokannya.
Menteri Energi Aljazair Mustapha Guitouni mengatakan di radio negara: "Yang penting bagi kami adalah adanya keseimbangan antara pasokan dan permintaan untuk menjamin stabilitas pasar minyak."
Anggota OPEC Irak mengatakan pada Rabu (6/6) bahwa peningkatan produksi tidak untuk dipertimbangkan.
Ini menyusul permintaan tidak resmi dari Amerika Serikat yang meminta pemimpin efektif OPEC Arab Saudi untuk meningkatkan produksi.
"Krisis ekonomi Venezuela yang memburuk, bersama dengan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah, akan tetap mendukung harga minyak," kata Abhishek Kumar, analis senior Interfax Energy.
"Namun demikian, meningkatnya prospek untuk peningkatan produksi dari `OPEC Plus` dan meningkatnya produksi minyak dari AS akan membatasi kenaikan harga," tambah Kumar, demikian Reuters melaporkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: