Beberapa sebutan atau ciri yang menonjol dari kota Solo adalah kota budaya, kota kuliner, dan kota yang tak tidur. Sebagai kota budaya, Solo memiliki budaya lokal yang kuat sehubungan dengan keberadaan Kraton Surakarta dan Mangkunegaran serta lokasi strategis dan transit yang memadukan akulturasi ragam budaya lokal maupun nasional.
Sebagai kota kuliner, Solo menjadi surganya para pecinta dan penikmat kuliner yang memanjakan lidah dan kantong warga setempat maupun para pelancong yang selama ini menempatkan kota Solo sebagai prioritas tujuan liburan.
Dampak sebagai kota kuliner, Solo dijuluki sebagai kota yang tak pernah tidur. Jika lapar, dan ingin makan malam, Solo adalah kota 1001 macam kuliner malam. Ada nasi liwet wongso lemu, malam lagi ada nasi liwet Jongke, dan lebih malam lagi ada gudeg margoyudan. Semua penjualnya adalah para Kartini.
Mbok Kasno yang telah menekuni jualan gudeg dan ceker selama bertahun-tahun di pinggir jalan Margoyudan ini merasakan jika hidupnya seperti menunggu fajar. Ia berkarya di dunia kuliner, terutama gudeg ceker ini sebagai pengabdian kepada keluarga, pelanggan setia, dan masyarakat penggila masakan di kendilnya.
Ia selalu ditemani becak yang setia membawa ke warung tendanya. Berselimut hawa dingin pukul dua, ia selalu dijubeli pembeli yang sabar menunggu. Rasa lapar dan penasaran telah melambungkan gudeg masakannya menjadi ikon kuliner Solo yang telah melegenda.
Luar biasanya, hanya dalam waktu singkat gudeg dagangannya ludes. Tak bisa dihitung berapa omzet keuntungannya setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Itulah potret ekonomi pinggiran yang telah menyejahterakan anak cucunya. Juga menghidupi penjual telur, ayam, cabai, gula jawa, beras, gori, teh, kopi, kerupuk, tahu, tempe, kelapa, minyak goreng, gas elpiji, dan lain-lain.
Ia tetap setia pada jalan yang memberikan keyakinan dan harapan. Karena upaya yang telah ia lakukan untuk mencapai mimpi Kartini untuk keluarganya, telah sampai pada waktunya. Bahkan kalau boleh jujur, mimpinya untuk sukses karir sebagai pejuang ekonomi pinggiran sudah sampai batasnya. Materi sudah terlewat dan tidak lagi menjadi tolok ukur bahagia. Keberadaannya, hanya ingin memenuhi rasa kangen pelanggan yang selalu setia menunggu di larut malam selama berjam-jam.
Baginya, gusti ora sare dan selalu menyertai dirinya dalam memberikan pelayanan kuliner yang menjadi ikon dan klangenan kota Solo itu. Ia sadar jika itulah karunianya, rezeki yang selalu terjaga bersama rasa puas pelanggan setia.
Uniknya, selama melayani pelanggan, Mbok Kasno tak banyak bicara. Sepertnya, apa yang diungkapkan oleh Frank Ocean ada padanya. Work hard in silence, let your success be your noise atau bekerjalah tanpa suara, dan biarlah kesuksesan Anda yang berbunyi nyaring.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: