Hingga saat ini belum diketahui penyebab kenaikan telur ayam di sejumlah pasar yang belakangan ini terjadi. Dimana sekitar 18% kenaikan harga satu butir telur ayam dari harga biasanya. Sehingga KPPU wilayah Medan menduga ada permainan kartel.
Kepala Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Medan, Ramli Simanjuntak mengatakan berdasarkan keterangan pengusaha telur ayam bahwa kenaikan harga dimulai sejak bulan Juli atau setelah lebaran. Selain pengusaha telur KPPU juga mengundang pengusaha pakan ternak di Sumut dan dari pengakuan pengusaha pakan ternak ini bahwa terjadi kenaikan harga pakan sekitar Rp100-Rp200 per kg yang disebabkan pengaruh dolar naik.
“Berdasarkan indikasi penelitian kita fokus pada pakan ternak tadi sebab industri telur ayam hampir 80% mandiri dan 20% mitra. Kita menilai kenaikan harga telur itu bukan karena kenaikan dolar sebab pengusaha kini mempunyai management stok tak mungkin setiap hari atau setiap bulan impor pakan tentunya 2-3 bulan sekali,” katanya, Jumat (27/7/2018).
Selain itu, dikatakannya, dari PT Mabar Feed tadi menjelaskan bahwa produksi telur sampai 16 juta butir per harinya. Sehingga harus cari agennya. Karena dengan jumlah produksi itu tentunya stok aman dan tak ada masalah. Jadi pihaknya mau tahu apakah agen ini bersepakat memang menaikkan harga, segera KPPU cari tahu.
"Sebab seluruh agen serentak dengan menjual harga ayam Rp1.400 per butirnya sehingga di pasar dengan ukuran yang besar ada yang Rp1.800-Rp2.000 per butir. Dan ini akan kita selidiki dan teliti kembali,” ujarnya.
Untuk itu, Ramli menghimbau agar agen jangan saling menaikkan harga, lalu pedagang jangan saling mengkoordinasikan akan menaikan harga. Sebab ini merupakan kepentingan masyarakat maka berikan harga yang wajar dan stabil,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: