Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendapatan Krakatau Steel Naik 34,75% di Paruh Tahun Pertama 2018

Pendapatan Krakatau Steel Naik 34,75% di Paruh Tahun Pertama 2018 Kawasan Pabrik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), BUMN yang bergerak di industri baja, mengumumkan bahwa semester I 2018 perseroan telah mencatatkan kinerja yang cukup positif.

Krakatau Steel mengalami peningkatan volume penjualan sebesar 24,44% menjadi 1.046.661 ton. Hal ini diikuti dengan kenaikan pendapatan 34,75% menjadi US$854,27 juta yang berakibat pada peningkatan laba operasi sebesar 110,19% menjadi US$9,34 juta.

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Wigrantoro Roes Setiyadi menjelaskan, salah satu faktor yang mendukung peningkatan pendapatan di semester I 2018 ini adalah adanya peningkatan harga jual dari produk baja Hot Rolled Coil (HRC).

Dirinya melanjutkan, harga jual HRC meningkat dari US$640-680 per ton di triwulan I menjadi US$740 per ton pada awal Juni 2018. Harga jual rata-rata HRC meningkat 12,52% (yoy) menjadi US$660 per ton dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar US$587 per ton.

"Penjualan produk tertinggi pada semester ini adalah HRC, peringkat kedua adalah Cold Rolled Coil (CRC) dan peringkat ketiga adalah long product," papar Wigrantoro di Jakarta, Senin (30/7/2018).

Dalam rinciannya, produk HRC mengalami peningkatan volume penjualan 47,10% dengan total penjualan sebesar 576.652 ton, CRC meningkat 9,71% sejumlah 288.608 ton, dan yang terakhir long product sebesar 4,27% dengan total penjualan 141.824 ton.

Sementara Direktur Pemasaran Purwono Widodo mengatakan, perseroan terus memacu volume penjualan di tengah gempuran impor produk baja dan unfair trade yang sedang dihadapi saat ini.

"Di triwulan I 2018 telah terjadi peningkatan volume impor baja paduan dari China sebesar 59% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan impor tersebut hanya terjadi di Indonesia. Sementara di negara ASEAN lain, hal tersebut tidak terjadi. Impor baja paduan RRT di enam negara ASEAN mengalami penurunan volume impor yang cukup signifikan karena saat ini RRT melakukan pemangkasan kapasitas produksi," tegas Purwono.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: