Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Antisipasi Dampak Perang Dagang, Indonesia Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor

Antisipasi Dampak Perang Dagang, Indonesia Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dianggap berpotensi membahayakan perekonomian global. Salah satu langkah yang dapat dilakukan Indonesia sebagai antisipasi dari dampak negatif perang dagang tersebut, yakni melakukan diversifikasi pasar ekspor.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, diversifikasi pasar sangat diperlukan agar Indonesia tak tergantung pada China. Ada baiknya Indonesia juga mulai merambah pasar lain yang tidak kalah potensial, misalnya Afrika dan negara Asia lain. Selain itu, restriksi (pembatasan) impor yang dilakukan AS terhadap China dapat mendorong perusahaan China mencari pasar baru yang memiliki regulasi restriksi impor yang lebih sedikit. Pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi pilihan alternatif bagi China untuk membuka perjanjian perdagangan baru.

"Pemerintah dapat menyambut masuknya barang dari China. Namun juga berdiplomasi untuk kemudahan akses serupa terhadap pasar China. Untuk itu, Indonesia butuh kebijakan yang mampu memberikan daya tarik bagi investor, seperti insentif pajak dan kemudahan birokrasi," ujar Ilman dalam keterangan resminya, Selasa (16/10/2018).

Dampak langsung perang dagang lebih banyak dirasakan Indonesia pada penurunan ekspor bahan input ke China karena menurunnya kemampuan perusahaan di China untuk mengekspor ke AS. Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan jika China menemukan pasar alternatif pengganti AS, seperti Uni Eropa dan Asia Tenggara.

"Selain itu, perang dagang memperparah ketidakpastian ekonomi, sehingga berimbas pada menurunnya ketertarikan investor dalam menanamkan modal di negara-negara dengan risiko lebih tinggi, seperti di emerging countries, Indonesia termasuk di dalamnya," urainya.

Ilman menjelaskan, setiap kebijakan perdagangan pasti akan memengaruhi neraca perdagangan antarnegara yang terimbas. Dalam konteks perang dagang AS-China, dampaknya tentu dirasakan oleh perekonomian global, namun tidak secara langsung. Hal ini mengingat nilai transaksi perdagangan kedua negara hanya sebagian kecil dari seluruh transaksi perdagangan global dengan nilai ekspor kurang dari US$5 triliun.

Dampak yang dirasakan negara lain adalah naiknya harga barang yang diimpor dari China dan AS, di mana barang tersebut menggunakan bahan baku dari negara satu sama lain. Misalnya, apabila Indonesia mengimpor pesawat Boeing dari AS, tetapi pesawat tersebut menggunakan komponen komputer yang diimpor dari China, maka tidak menutup kemungkinan harga pesawat tersebut menjadi lebih mahal karena AS telah melakukan pengenaan tarif pada impor untuk barang-barang dari China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: