'Bagaimana Saya Memecat CEO, Co-Founder, yang Juga Teman Dekat Saya?'
Saya CEO Rumpl, Wylie Robinson, bersedia membagikan cerita tentang tindakan memecat sahabat sendiri demi kejayaan bisnis. Egoiskah saya? Simak kisah saya berikut.
13 Juni 2016 pukul 3 pagi lalu, saya duduk terjaga di tempat tidur. Hari itu menjadi hari paling berat dalam hidup saya, ketika saya harus memecat co-founder, CEO, dan teman dekat saya dari perusahaan yang kami bangun bersama, Rumpl, pada pukul 9.00 berikutnya.
Kami memulai bisnis pada Januari 2014, setelah kami datang dengan ide untuk membuat selimut yang nyaman yang terasa seperti kantong tidur—lebih nyaman, lebih tahan lama daripada selimut. Kesuksesan kami datang begitu cepat, dan kami menikmatinya. Produk kami menerima pujian dari pelanggan kami yang paling awal , yang menghasilkan kemitraan dengan beberapa saluran ritel premium dan penjualan langsung yang kuat.
Dua tahun kemudian, Rumpl masih mengalami pertumbuhan pesat, tetapi hubungan saya dengan mitra bisnis saya terhenti. Padahal kami sangat sejajar dalam visi kami untuk perusahaan; saya ingin tumbuh secara strategis, menyempurnakan satu produk sebelum meluncurkan produk lainnya; dia ingin memperluas ke kategori baru, dan cepat.
Pada kesempatan terpisah, tiga karyawan kami mendekati saya dengan kekhawatiran tentang kepemimpinannya. Sebagai hasilnya, saya dan mitra saya mencoba untuk mendapatkan halaman yang sama. Kami mengadakan pertemuan, membangun pembicaraan bagaimana upaya yang harus kami lakukan. Akhirnya, keputusan pun kami dapatkan, agar bisnis dapat berlanjut, salah satu dari kami harus mundur.
Saya telah diberi saran dari beberapa mentor tentang cara terbaik untuk menangani komunikasi, tetapi saya sangat gugup - saya bahkan googling "bagaimana cara putus dengan seorang co-founder" dan berjalan melalui rangkaian forum yang tak ada habisnya. Tapi apa yang terjadi hari itu adalah percakapan yang bersahabat dan efektif, yang akhirnya mengakhiri semuanya dengan cepat.
Ada sejumlah langkah yang pada akhirnya membuat pembicaraan menjadi sukses. Selain mengetahui bahwa saya mendapat dukungan dari tim kecil kami dan secara obsesif melatih setiap kata yang ingin saya katakan, saya siap. Saya telah berkonsultasi dengan penasihat hukum eksternal dan saya telah memilih ruang publik untuk melakukan percakapan itu.
Saya mempresentasikannya dengan tawaran pesangon, tetapi menjelaskan bahwa saya bersedia bernegosiasi. Kami membeli kembali sejuta saham ekuitas dan menawarinya kursi penasihat, yang akan melayani kami berdua - dia memang membantu menciptakan merek, bagaimanapun juga, dan dia pantas mendapat kesempatan untuk menawarkan masukan dan ide, seandainya dia mau.
Setelah pembicaraan yang saya takutkan awalnya terlewati dengan baik, saya kembali ke kantor dan memberikan kabar kepada tim tentang apa yang sudah saya lakukan sebelumnya. Dalam waktu sebulan kala itu, kami mempercepat dua kali lipat dari kecepatan kami sebelumnya untuk memajukan bisnis. Dan pada akhirnya, kami tumbuh 170 persen saat itu, dan berhasil memiliki 18 tim untuk bekerja sama dengan baik.
Lantas, bagaimana kabarnya teman saya yang baru saja saya pecat itu? Ternyata dia pun lebih baik, dia berpergian ke seluruh Amerika Selatan dan membagikan petualangannya itu di podcastnya, Wheel Travel Far.
Apakah setelah itu persahabatan kami berakhir? Tentu saja tidak, kami tetap baik-baik saja. Kami masing-masing telah membantu yang lain dengan cara yang berbeda, dan akan terus melakukannya. Berpisah dengannya secara profesional adalah salah satu hal tersulit yang pernah saya lakukan, tetapi itu membuat saya lebih kuat. Ini adalah pertama kalinya saya benar-benar menempatkan perusahaan di depan kepentingan pribadi saya dan hasilnya membantu saya menyadari bahwa saya selalu perlu memprioritaskan bisnis saya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: