Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta selama kuartal III 2018 mencapai 6,3-6,7% (year to year/yoy).
Angka tersebut menunjukkan laju produk domestik bruto ibukota kembali ke tren semula di kisaran 6,0% setelah terkoreksi pada kuartal I dan II 2018.
"Kondisi ekonomi DKI Jakarta selama paruh ketiga tahun ini ditopang oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan investasi dari perhelatan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018," kata Kepala Tim Advisory dan Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, M Cahyaningtyas, dalam paparan media di Banyuwangi Jawa Timur, Sabtu (4/11/2018).
"Jakarta berbeda dengan daerah lain yang kemungkinan ada perlambatan, Jakarta masih terdampak dengan meningkatnya konsumsi dari banyak pertemuan sepanjang tahun ini," kata Tyas.
Selama kuartal I dan kuartal II, ekonomi DKI Jakarta memang masih tumbuh, namun terus melambat. Pada periode pertama, ekonomi DKI Jakarta hanya tumbuh 5,99% setelah terakselerasi 6,22% pada 2017. Kemudian, pertumbuhan kembali melambat pada kuartal II 2018 menjadi 5,93%.
"Kuartal III akan menjadi pertaruhan untuk melihat laju pertumbuhan sepanjang 2018 karena kuartal IV tidak akan begitu menggeliat seperti kuartal III ya," kata dia.
Untuk keseluruhan 2018, Bank Sentral menargetkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta bisa mencapai 6-6,4%. Sementara pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan sebesar 5-5,4%.
Penopang pertumbuhan ibukota masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun, sejak kuartal I 2018, pertumbuhan konsumsi melambat di kisaran 5,48.
Hal itu diperparah dengan menurunnya konsumsi pemerintah yang minus hingga 4,2%. Sementara, pertumbuhan ekspor juga melambat dari kuartal I 2018 yang sebesar 10,7% ke 4,8% pada kuartal II 2018.
"Namun jika kuartal III 2018, kita bisa tumbuh sesuai target, pertumbuhan di atas enam persen pada 2018 bisa saja tercapai," kata dia.
Badan Pusat Statistik dijadwalkan akan mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi pada Senin (5/11).
Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta Trisno Nugroho mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendorong sektor pariwisata agar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Destinasi wisata unggulan DKI Jakarta, seperti Pulau Seribu, harus dipotimalkan untuk mendongkrak konsumsi masyarakat dan investasi.
"Tidak bisa bergantung terus dengan industri, harusnya sudah menjadikan pariwsata sektor pertumbuhan baru," ujarnya.
"Selain ada Pulau Seribu, destinasi lain seperti Kota Tua dan Setu Babakan juga seharusnya bisa dioptimalkan," tambahnya.
Adapun kepulauan Seribu merupakan salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas untuk pengembangan oleh Pemerintah Indonesia. Pemerintah sedang gencar menggenjot sektor pariwisata untuk menarik banyak devisa sekaligus meningkatkan kinerja neraca jasa untuk memperkecil defisit neraca transaksi berjalan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: