Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

APEC Tersandera Konflik China-AS, Australia Terjebak di Tengah-tengah

APEC Tersandera Konflik China-AS, Australia Terjebak di Tengah-tengah Australian prime minister Scott Morrison, Canada’s prime minister Justin Trudeau, Chile’s president Sebastian Pinera, Chinese president Xi Jinping, Russia’s prime minister Dmitry Medvedev, Papua New Guinea’s prime minister Peter O’Neill, Singaporean prime minister Lee Hsien Loong, New Zealand’s prime minister Jacinda Ardern, Hong Kong chief executive Carrie Lam, Indonesian president Joko Widodo, Japan’s prime minister Shinzo Abe, Vietnam’s prime minister Nguyen Xuan Phuc, Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, Malaysian prime minister Mahathir Mohammad and others pose for a family photo during the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Summit in Port Moresby on November 17, 2018. | Kredit Foto: AFP Photo
Warta Ekonomi, Port Moresby -

Keretakan yang semakin dalam antara China dan Amerika Serikat soal perdagangan telah tumpah ke forum pertemuan puncak internasional APEC, dengan Australia terjebak di tengah-tengahnya.

Kedua negara adidaya itu tidak dapat menyetujui apa yang harus dikatakan dalam forum resmi dari pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik di Port Moresby.

Sebagai gantinya, pertemuan dengan pemimpin Papua New Guinea yang pada akhirnya mengumumkan konsensus yang lebih luas dari pertemuan tersebut, daripada sebuah pernyataan resmi yang biasa dilakukan.

Sudah dipahami China dan AS tidak dapat menyetujui terkait dengan bahasan tentang reformasi untuk Organisasi Perdagangan Dunia.

Sedangkan, Australia sedang berjalan di 'garis tipis' antara mitra dagang terbesarnya dan juga sekutu keamanannya yang lama di APEC.

"Saya pikir ada lebih banyak pragmatisme yang terjadi di sini daripada orang-orang yang telah siap untuk mengakuinya dalam sebuah komentar," ungkap Morrison kepada wartawan di Port Moresby, seperti dilansir dari 9news, Senin (19/11/2018).

"Ada banyak gerakan di bawah air," ungkapnya.

China dan AS saling bertukar pukulan verbal kemarin di pidato utama, dengan AS mendesak negara-negara untuk tidak menandatangani utang luar negeri besar, dan China menjanjikan tidak ada agenda tersembunyi dengan program infrastrukturnya.

Para pejabat China juga dilaporkan menyerbu ke kantor Menteri Luar Negeri PNG Rimbink Pato kemarin, menuntut Pato untuk mengubah kata-kata dalam pidatonya, dan dia menolak untuk merubahnya.

Morrison juga mengatakan perang perdagangan antara China dan AS melukai pertumbuhan ekonomi global, tetapi ia percaya kedua belah pihak ingin menemukan resolusi.

"Saya pikir mereka sepenuhnya sadar, karena hal-hal ini juga berdampak pada ekonomi mereka," katanya.

Australia dan AS akan bersama-sama menjadi tuan rumah pangkalan angkatan laut di Pulau Manus, dengan menciptakan titik pementasan baru ke Laut Cina Selatan yang diperebutkan.

Morrison tidak akan mengkonfirmasi berapa banyak pangkalan angkatan laut Lombrum yang diperluas akan dikenakan biaya, tetapi dirinya mengatakan Australia ada di sana atas undangan pemerintah PNG.

Dia mengadakan pertemuan singkat tapi "hangat" dengan Presiden Xi Jinping semalam, tetapi bahasan soal markas angkatan laut tidak muncul.

"Kami fokus pada hubungan kami dan apa yang kami lakukan bersama," pungkas Morrison.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: