LinkedIn, baru saja mengulas studi perdana berjudul 'LinkedIn Opportunity Index'. Studi ini melibatkan sembilan negara di kawasan Asia Pasifik (Apac), di mana LinkedIn memiliki 153 juta pengguna, termasuk di antaranya 11 juta pengguna dari Indonesia. Indeks ini dijadikan tolok ukur untuk memahami cara masyarakat melihat peluang di masa depan dan hambatan-hambatan dalam meraihnya.
Data LinkedIn Opportunity Index mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara yang paling percaya diri dalam menatap masa depan. Hal ini didorong oleh rasa percaya diri masyarakat Indonesia terhadap potensi pertumbuhan ekonomi negara, serta kondisi yang memungkinkan mereka mendapatkan akses dan mengejar berbagai peluang yang dianggap penting.
Olivier Legrand, Managing Director, LinkedIn in Asia Pacific, mengatakan, "Kami percaya akses menuju serta meraih peluang seharusnya universal dan dapat diakses oleh siapa pun. Melalui studi perdana LinkedIn Opportunity Index, kami berusaha memahami aspirasi masyarakat di kawasan Asia Pasifik, tentang kesempatan dalam meraih berbagai peluang di masa depan, dan juga hambatannya."
Pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Asia Pasifik, menurut Olivier, sejatinya bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi regional, jika dikelola secara efektif.
"Dengan memetakan serta memahami persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap peluang di masa depan dan juga hambatannya, seiring waktu kami berharap dapat memfasilitasi penawaran dan permintaan peluang yang lebih seimbang di pasar," tambahnya.
Riset yang melibatkan 11.000 responden dari sembilan negara di kawasan Asia Pasifik, Indonesia, Australia, Tiongkok, Hong Kong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, dan Singapura, menyebutkan bahwa merintis bisnis milik sendiri menjadi aspirasi terbesar bagi masyarakat Indonesia ketika mendefinisikan arti peluang, "Di Indonesia, peluang juga berarti lebih dari sekadar karier."
Setengah (50%) dari responden di Indonesia menyatakan bahwa 'merintis bisnis milik sendiri' sebagai aspirasi tertinggi dari peluang di masa depan. Ini senada dengan dengan responden dari Filipina (53%) yang tertarik untuk berwiraswasta. Sebaliknya, responden di Australia (13%), Hong Kong (13%), dan Jepang (7%) memiliki keinginan yang kecil untuk memulai bisnis baru.
Selain itu, di Indonesia, sebanyak 38% responden mengatakan bahwa peluang untuk bisa menggunakan kemampuan mereka sebagai aspirasi mereka tertinggi setelah peluang merintis bisnis milik sendiri. Kondisi ini tidak mencerminkan aspirasi responden lainnya di tingkat regional, di mana peluang untuk menjaga keseimbangan kehidupan karier dan personal menjadi aspirasi tertinggi (dinyatakan oleh 40%) bagi rata-rata responden di Asia Pasifik - sedangkan di Indonesia hanya dinyatakan oleh 34% responden.
Peluang juga tidak semata diartikan sebagai usaha personal dalam meraih kesempatan kerja. Lebih dari itu, 82% orang Indonesia menyatakan, mereka turut membantu orang lain untuk terhubung dengan kesempatan kerja yang lebih baik.
Di antara mereka, lebih dari setengah (sebanyak 56%) menyatakan, mereka membantu memperkenalkan kerabat mereka ke orang yang tepat agar bisa meraih kesempatan kerja, sementara 47% menyebutkan, mereka telah menuliskan surat referensi kerja bagi kerabat mereka.
Data ini merefleksikan kultur gotong royong yang telah melekat di masyarakat Indonesia, terutama dalam mencapai suatu tujuan, dan juga menekankan pentingnya peran komunitas dalam membantu orang Indonesia untuk terhubung serta meraih kesempatan di masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: