Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Per November 2018, Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil

Per November 2018, Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo (tengah) didampingi Kepala OJK D.I Yogyakarta Untung Nugroho (ki-ka), Direktur Penelitian, Pengembangan, Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah Deden Firman Hendarsyah, Direktur Humas OJK A. Hari Tangguh Wibowo dan Juru Bicara Ojk Sekar Putih Jarot, memberikan penjelasan kepada media tentang Bank Wakag Mikro, di yogyakarta, Sabtu, (5/5/18). | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kemarin lusa, Rabu (28/11/2018), menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga, didukung kinerja intermediasi yang menguat dan profil risiko yang manageable.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo menjelaskan, kinerja emiten di kuartal III tahun ini terus membaik. Hal ini memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik. Per 23 November 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan sebesar 3% mtd disertai dengan penurunan volatilitas.

"Penguatan IHSG didorong oleh sektor keuangan, industri dasar, dan properti. Investor nonresiden mencatatkan net buy sebesar Rp9,5 triliun," kata dia sebagaimana tertulis dalam siaran pers yang diterbitkan di laman OJK.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield tenor jangka pendek, menengah, dan panjang turun masing-masing sebesar 34 bps, 52 bps, dan 49 bps mtd, dengan investor nonresiden yang melanjutkan net buy sebesar Rp30,3 triliun.

Walau demikian, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Oktober 2018 secara umum masih bergerak positif. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan masing-masing tumbuh sebesar 13,35% yoy dan 5,92% yoy.

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 7,60% yoy. Premi asuransi jiwa dan asuransi umum atau reasuransi per Oktober 2018 masing-masing tercatat sebesar Rp156,09 triliun dan Rp69,74 triliun.

Sementara di pasar modal, sampai 23 November 2018, penghimpunan dana oleh korporasi mencapai Rp156 triliun. Jumlah emiten baru sepanjang tahun ini tercatat 56 emiten, lebih tinggi dibandingkan jumlah emiten baru sepanjang 2017, yakni 46 emiten. Penghimpunan dana ini didominasi oleh emiten di sektor keuangan sebesar 56,91%.

"Penggunaan dana hasil penawaran umum sebagian besar digunakan untuk modal kerja sebesar 55,91%. Total dana kelolaan investasi sendiri tercatat sebanyak Rp742,02 triliun, meningkat 8,19% dibandingkan akhir 2017," tegas Anto.

Profil risiko lembaga jasa keuangan ikut terjaga di level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat 2,65%, sedangkan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan berada di level 3,21%.

Sementara itu, permodalan lembaga jasa keuangan tercatat pada level yang cukup tinggi. Capital Adequacy Ratio perbankan per Oktober 2018 tercatat sebesar 23,09%, sedangkan Risk-Based Capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 308% dan 418%.

Anto mengatakan bahwa dinamika pasar keuangan tetap akan diperhatikan oleh OJK, mengigat beberapa downside risk global masih relatif tinggi, seperti berlanjutnya trade war dan pengetatan likuiditas.

"Ke depan, OJK akan tetap memantau perkembangan tersebut, sehingga tidak mengganggu kinerja pasar dan sektor jasa keuangan serta stabilitas sistem keuangan nasional," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: