Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bakal Dirilis Facebook, Stablecoin Sudah Populer di Ruang Blockchain

Bakal Dirilis Facebook, Stablecoin Sudah Populer di Ruang Blockchain Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Stablecoin yang akan diluncurkan Facebook, sangat populer di ruang blockchain selama paruh kedua tahun ini, dengan sejumlah proyek bermunculan untuk memberikan solusi. Lantas, apakah hal yang membuatnya begitu populer?

Dalam konsep sederhana, mata uang kripto yang dipatok pada mata uang fiat menjadi kebal terhadap nilai valuasi dolar Amerika Serikat yang naik turun dalam beberapa waktu belakangan.

Blockchain sebagai uang yang dapat diprogram dan tanpa batas memiliki potensi, namun stabilitasnya perlu diperhatikan. Misalnya, bitcoin yang mencapai rekor tertinggi hampir US$200.000 setahun yang lalu, saat ini harganya berkisar di US$4.000, bahkan secara simbolis, harganya turun lebih jauh di bawah nominal itu pada beberapa bulan terakhir. Perjalanan untuk altcoin bahkan lebih bergelombang dari itu.

Stablecoin menawarkan cara menyetor uang sebelum membeli ke dalam bitcoin, ethereum, atau token lainnya secara lebih cepat daripada rekening bank. Mereka juga memungkinkan keuntungan dapat dipindahkan dari token yang mudah menguap (volatile token) ke token yang lebih stabil. Itu menciptakan cara yang lebih stabil untuk mengirim kripto ke individu atau bisnis, serta tidak dikenakan biaya.

Meskipun premisnya sederhana dan banyak pihak yang telah mencoba untuk menggunakannya, tidak ada contoh riil dari stablecoin yang terbukti sukses.

Tether, proyek dengan profil tertinggi, dibayangi kekhawatiran seputar dukungan keuangannya. Organisasi di baliknya tidak memberitahu bila mereka memiliki mata uang fiat yang dibutuhkan untuk mendukung token di pasar. Sementara sebelumnya nilai token telah tergelincir di bawah US$1.

Melansir TechCrunch, sejumlah "pembunuh Tether" telah melangkah maju, tetapi tidak ada yang mencopot raksasanya. USD Coin, sebuah proyek berbasis ethereum yang berdagang di bursa teratas, seperti coinbase dan binance, opsi terluas kedua yang digunakan dengan kapitalisasi pasar hingga US$230 juta. Namun, itu masih kurang dari 15% dari US$1,8 miliar milik Tether, yang menggambarkan kesenjangan.

Tak hanya itu, ada pula masalah regulasi. Basis, yang telah menghimpun lebih dari US$130 juta dari investor besar, seperti Andreessen Horowitz dan Bain Capital, ditutup bulan ini setelah 18 bulan pendiriannya. Penyebab keruntuhan tersebut, tidak adanya cara menghindari status efek untuk obligasi dan token saham.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: