Investasi merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Semakin tinggi tingkat investasi, maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya. Namun saat ini hanya 0,4% orang Indonesia yang sudah berinvestasi. Itu berarti, hanya sekitar 1 juta dari 260 juta penduduk. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Thailand, yang berada pada persentase sebasar 6%, India 7% dan China 9%.
Hal ini terjadi karena masih banyak hambatan untuk melakukan investasi, sarana mencari informasi, dan minimnya solusi tentang kemudahan investasi untuk melayani populasi kelas menengah.
Di sisi lain, solusi dan informasi tentang investasi yang mudah diakses membutuhkan waktu dan upaya untuk mempelajari dan memahaminya. Bagi generasi milenial dan menengah, mereka tidak memiliki waktu untuk secara aktif mengikuti pasar dan tidak memiliki gambaran kemana mereka harus meminta saran tentang investasi.
Ajaib sebagai aplikasi smart online investment hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Perusahaan yang lahir dari inkubator startup Y Combinator (YC) ini resmi luncur pada awal Januari 2019.
Ajaib memungkinkan orang berinvestasi dengan percaya diri melalui portofolio yang terdiversifikasi. Misi Ajaib adalah membuka akses selebar-lebarnya ke investasi yang lebih dipersonalisasi lagi bagi masyarakat Indonesia. Mengingat hanya 0,4% dari penduduk Indonesia yang sudah berinvestasi.
Ajaib adalah startup yang berbasis di Jakarta, dengan pendanaan 2,1 juta dolar (USD) dari Y Combinator, SoftBank Ventures dan mantan partner Sequoia.
“Saya adalah salah satu dari orang-orang yang ingin berinvestasi tetapi tidak memiliki waktu untuk mengikuti perubahan pasar. Hal ini dialami juga oleh teman-teman saya, sehingga Ajaib adalah solusi bagi kita semua," kata CEO dan co-founder Ajaib, Anderson Sumarli, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Ajaib pun memberikan saran dan memungkinkan orang berinvestasi menggunakan aplikasi mobile dalam 4 langkah mudah. Langkah pertama, pertanyaan untuk mendapatkan profil investor berdasarkan data algoritma dan saran para ahli. Langkah keduam mendapatkan portofolio pribadi berdasarkan profil pengguna. Ajaib menerapkan teori Mean Variance Optimization yang mendapatkan Nobel Prize untuk membantu opsi penggunanya, ketiga membuat akun hanya dalam waktu 1 menit tanpa dokumen fisik dan terakhir memantau investasi secara otomatis.
“Keunggulan dari Ajaib adalah kami menggabungkan teknologi dan keahlian manusia,” imbuh Anderson yang merupakan mantan konsultan Boston Consulting Group (BCG) sekaligus mantan ahli data di IBM.
Ajaib tidak mengenakan biaya atas servisnya, baik untuk pembuatan akun, pembelian, penjualan, maupun biaya switching. Ajaib juga telah memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bermitra dengan sejumlah bank serta fund managers berpengalaman dalam investasi.
Ajaib memiliki ambisi untuk mencakup pasar Asia Tenggara dengan mengincar 650 juta orang, di mana masih begitu banyak masyarakat yang kekurangan akses ke layanan konvensional.
“Inklusi keuangan bukan hanya orang yang memiliki rekening bank saja. Ini meluas ke orang-orang yang memiliki investasi,” kata Yada Piyajomkwan selaku Chief Marketing Officer Ajaib.
Menurutnya, salah satu tujuan inklusi keuangan adalah untuk membuat orang menabung dan berinvestasi. Artinya, ada ekspansi geografis di masa depan.
“Visi kami adalah lingkup regional. Dan kami pikir masalah ini cukup umum di seluruh wilayah. Tetapi dalam jangka pendek dan menengah, kami akan fokus pada Indonesia terlebih dahulu, ” tukas Yada yang meraih gelar MBA dari Stanford University (Fulbright Scholar) dan mantan konsultan McKinsey.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: