Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tim Prabowo-Sandi Sering Dituding Dalang Hoax, Begini Pembelaannya...

Tim Prabowo-Sandi Sering Dituding Dalang Hoax, Begini Pembelaannya... Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo/Sandi, Habiburokhman, merasa pihaknya selalu menjadi korban dalam isu hoaks yang berkembang di tengah masyarakat.

"Hoaks ini berkembang menjadi sebuah alat perang dalam konteks psikologi media sosial. Yang jelas kami selalu menjadi korban, dan juga tentu masyarakat Indonesia. Kami sering dikaitkan dengan hoaks ini ... itu," ujar Habiburokhman dalam acara diskusi yang diselenggarakan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) di Media Center KPU RI, Jakarta, Kamis (10/1/2019).

Habiburokhman menyampaikan pihaknya sering dikait-kaitkan dengan hoaks yang belakangan terjadi. Meskipun secara hukum tidak pernah terbukti, "framing" dengan mengait-ngaitkan itu sudah merugikan pihaknya.

"Ada 'framing' seolah kami kubu penyebar hoaks," ujar Habiburokhman.

Ia mencontohkan kasus Saracen, seseorang ibu bernama Asma Dewi ditangkap, dan dituding sebagai Bendahara Saracen. Namun, kasus Saracen pada akhirnya tidak muncul dalam surat dakwaan.

Dalam kasus Ratna Sarumpaet, Habiburokhman menekankan pihaknya tidak pernah mengetahui seorang ibu bermuka lebam sebagai dampak dari proses operasi yang dilalukannya.

"Kami mana ngerti? Kemudian digiring segala macam bahwa ini kaitan dengan BPN dan seterusnya. Nyatanya kepolisian profesional, 'framing' itu tidak terbukti. Namun, kami sudah dirugikan," jelas Habiburokhman.

Kasus teranyar soal hoaks tujuh kontainer surat suara. Habiburokhman mengatakan bahwa Andi Arief adalah korban dari peristiwa itu, sama halnya dengan masyarakat atau pihak lain yang juga menerima informasi itu.

"Apakah kejahatan jika kita mendapat informasi seperti itu di WA grup, kemudian mempertanyakannya," ujar Habiburokhman.

Salah seorang pelaku penyebar hoaks tujuh kontainer surat suara, kata dia, dikabarkan berasal dari Kornas Prabowo. Namun, dia menegaskan sebelum pilpres, Gerindra secara internal telah menertibkan seluruh organisasi yang membawa nama Prabowo sebagai antisipasi agar tidak disalahgunakan dalam pemilu.

"Bahkan, ada yang namanya Garda Prabowo, kami tertibkan kemudian berubah nama menjadi Garda Perubahan. Jadi, saya menilai ada 'framing' untuk 'judge' kami sebagai kubu penyebar hoaks," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: