Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri, era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Rizal Ramli mengakui pertumbuhan ekonomi nasional di era Gus Dur masih dianggap minus 3 %. dari era Presiden Habibie kala itu.
Dikatakan Rizal, pemerintahan Gus Dur kala itu memang hanya 21 bulan saja. Namun, di balik riuh rendah kontroversi politiknya, sejak ia dinaikkan hingga dimakzulkan ternyata capaian pemerintahan Gus Dur di bidang ekonomi terbilang istimewa.
”Padahal, di awal kepemimpinannya, Gus Dur menerima warisan perekonomian dari Presiden Habibie dalam kondisi pertumbuhan minus 3%,” ungkap Rizal usai acara Halaqah bertajuk “Membedah Konsep Ekonomi Gus Dur” di Surabaya, Rabu (16/1/2018) sore kemarin.
Setelah hampir tiga bulan bekerja kata Rizal, pertumbuhan ekonomi di penghujung tahun 1999 sudah berada di level 0,7 % atau melompat 3,7 %. Setahun berikutnya (2000), perekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 % atau melompat 1,2%.
Sedangkan pada 2001, kendati Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun masih berada pada level 3,6%. Menjadi istimewa kala itu, kata Rizal, karena lompatan pertumbuhan ekonomi tadi dilakukan sambil mengurangi beban utang. Seperti diketahui, selama era Gus Dur, tim ekonomi berhasil mengurangi beban utang sebesar US$4,15 miliar.
Dengan kenaikan tersebut maka daya beli mereka menjadi naik. Bahkan 95% dari total gaji dibelanjakan hingga akhirnya ekonomi menjadi kembali bergerak lebih cepat.
Disaat yang sama, karena banyaknya petani dan pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tidak bisa bayar kredit karena tingginya bunga yang ditetapkan yang mencapai 80%. Maka pemerintahan Gus Dur memutuskan untuk menghapus bunga dan petani atau UMKM hanya wajib membayar pokok kredit.
“Mereka itu orang kecil, walaupun dikejar-kejar untuk membayar mereka pasti tidak akan mau karena bunga terlalu tinggi. Maka solusinya harus dilakukan penghapusan bunga. Dan akhirnya petani bisa kembali memenuhi tanggungannya, bisa kembali mendapat kredit dan bisa kembali bertanam,” terang Rizal.
Sementara untuk bunga real estate atau perumahan dilakukan pemangkasan, dari 80 % menjadi 30 % agar sektor perumahan kembali bergairah. “Sebab real estate ini kan kepala. Jika real estate naik maka sektor lain akan ikut terdongkrak naik,” lanjutnya.
Dan yang tidak kalah penting, Gus Dur juga berupaya menaikkan ekspor hingga dua kali lipat dan melakukan stabilisasi harga beras sepanjang masa pemerintahannya.
Dengan berbagai langkah strategi yang dilakukan, maka Gus Dur berhasil mengembalikan laju ekonomi Indonesia. Bahkan di akhir masa kepemimpinannya, ekonomi Indonesia mampu melesat hingga mendekati 5%.
Disinggung dengan masa kepemimpinan Joko Widodo, ia menegaskan bahwa sebenarnya Jokowi sangat bagus. Namun menurut Rizal, Jokowi salah salah memilih pembantu di sektor perdagangan.
Jokowi sebenarnya sangat bagus, tetapi ia salah dalam memilih menteri. Ingin Indonesia swasembada pangan tapi pilih menteri yang doyan impor atau raja impor. Ini yang tidak bagus,” cetus Rizal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: