Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinas Kesehatan Mencatat Kasus DBD Merebak Sepanjang Januari

Dinas Kesehatan Mencatat Kasus DBD Merebak Sepanjang Januari Tim medis merawat salah seorang pendaki korban erupsi Gunung Marapi di Puskesmas Simabua, Kecamatan Simabua, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Senin (5/6). Sebanyak 8 orang pendaki yang berasal dari Provinsi Riau dan Kota Payakumbuh berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan setelah terjebak erupsi Gunung Marapi pada Minggu (4/6). | Kredit Foto: Antara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sepanjang Januari 2019 ada 813 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta, dengan kasus tertinggi di Jakarta Selatan sebanyak 277 kasus.

Sedangkan untuk Jakarta Timur ada 226 kasus, Jakarta Barat ada 230 kasus dan sisanya ada di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.

"Alhamdulillah sampai saat ini belum ada laporan orang yang terjangkit DBD meninggal. Jadi kita selalu update dan investigasi di lapangan, sehingga kalau ada sesuatu kita langsung menindaklanjuti," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti di Balaikota Jakarta, Jumat.

Dikatakannya bahwa ada orang yang terjangkit DBD, namun tidak menunjukkan gejala yang klasik. Artinya gejala ini tidak kelihatan.

Dinkes sudah menyampaikan kepada pegawai yang berada di fasilitas kesehatan bahwa dalam kondisi seperti ini Jakarta sebagai daerah endemis apabila kasusnya sedang meningkat patut dicurigai.

"Kita patut curiga kalau dalam waktu sehari ada keluarga yang panas, maka langsung diperiksa apakah mengidap DBD atau bukan karena kalau DBD harus segera ditangani," kata Widyastuti.

Menurut dia, kejelian petugas menganalisis sangat menentukan karena di dalam DBD ini ada masa kritis di hari keempat sampai kelima pada saat suhu tubuhnya justru sudah turun.

Memang pendarahannya tidak harus selalu kelihatan. "Jadi bocor plasma itu dari dalam ada rembesan cairan intrasel yang keluar. Ini yang akan menimbulkan hipovolemik syok atau syok karena kekurangan cairan," katanya.

Widyastuti mengatakan, pihaknya sudah melihat data grafik minimal lima tahunan untuk menjadi acuan dan menjadi penentuan meningkatnya suatu kasus dari data.

"Grafik kita masih menunjukkan data kasus ini masih aman. Meskipun begitu kami tetap waspada, karena kalau kita tidak siaga takutnya jumlah pengidap DBD bertambah," kata Widyastuti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: