PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyatakan bahwa pada tahun ini perusahaan menargetkan total produksi batu bara akan mencapai 96 juta ton.
Presiden Direktur Bumi Resources, Saptari Hoedjaja, mengatakan bahwa dari 96 juta ton tersebut, sebesar 94 juta ton merupakan hasil produksi dari dua anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (AI), sisanya dua juta ton berasal dari inventory perseroan.
"Tahun ini BUMI produksi 94 juta ton. Inventory ada 6,2 juta ton di akhir 2018, sebetulnya inventory yang akan dijaga empat juta ton. Jadi, harus jual dua juta ton lagi ditambah 94 juta ton jadi 96 juta ton tahun ini," katanya di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Ia menilai jika dengan harga batu bara yang ada di posisi US$57 per ton dan dengan produksi 96 juta ton maka diperkirakan pendapatan perseroan akan menjadi US$5,8 miliar melonjak US$500 juta dibandingkan capaian di tahun 2018 lalu.
"Kalau pakai harga rata-rata tahun ini di US$57 per ton hampir US$5,85 miliar. Tahun 2018 kan US$5,3 dolar, jadi estimasi naik US$500 juta," ujar Ari.
Baca Juga: Tahun 2020, Bumi Resources Mulai Produksi Bijih Emas di CPM
Dirinya pun merasa optimis target produksi batu bara tersebut akan dapat diraih. Pasalnya, perseroan telah memiliki alat-alat produksi dan infrastruktur yang akan membuat produksi perusahaan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 83 juta ton.
"Jadi tinggal kami bekerja dengan efisien untuk menjaga cost produksi agar tidak naik. Karena dengan kas yang efisien kita bisa menciptakan laba yang lebih baik. Insya allah bisa tahun ini," ucapnya.
Baca Juga: Bumi Resources Janji Mau Bagi Dividen Kalau....
Adapun, dari sebanyak 94 juta ton batubara yang diproduksi BUMI, sekitar 40% merupakan batu bara dengan kalori di bawah 5.000 Kcal. Sisanya atau 60% merupakan batu bara dengan kalori di atas 5.000 Kcal.
Menurutnya, selama ini batu bara perseroan memang lebih banyak atau sekitar 75% dijual ke pasar luar negeri seperti ke Jepang, China, Korea, Taiwan, Hongkong, dan Filipina. Sementara, ke pasar domestik hanya 25%. Pada tahun ini, BUMI bakal mengembangkan pangsa pasar ekspor dengan masuk ke Vietnam, Bangladesh, dan India.
"Kapasitas meningkat ekspor juga akan ditingkatkan, domestik kalau butuh juga kita masih ada. Ekspor ke negara Asia ke China, Jepang, Korea, Hongkong, Filipina juga sudah. Vietnam, Bangladesh kita lagi coba masuk India juga," pungkasnya.
Selain itu, perusahaan yang berada dibawah naungan Grup Bakrie ini juga akan berusaha untuk mengambil alih pangsa pasar batu bara asal Australia dan Rusia. "Semua pangsa pasar yang mereka masuki, kan mereka masuk ke semua. Yang dekat China, Jepang, dan India," terangnya.
Namun begitu, ia menyadari jika untuk mengambil alih pasar batu bara Australia dan Rusia pihaknya harus terlebih dahulu memperbaiki proses produksinya dengan memperbaiki kualitas batu bara dan melakukan produksi tepat waktu.
"Strategi untuk rebut pasar Rusia ya tadi batu bara kualitasnya mesti baik. Tantangannya itu kan karena pertama desain boiler waktu Jepang, Korea bangun ekonomi mereka bangun boiler gunakan Australia kalau itu mau diganti dengan batu bara Indonesia dia harus pelajari karakteristiknya. Jadi tidak semudah ganti besok pakai ini, ada waktunya gitu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri