Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menegaskan produksi jagung selama empat tahun terakhir sudah mencukupi kebutuhan pakan ternak secara menyeluruh di seluruh daerah.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita menjelaskan, sejak 2014 rekomendasi pemasukan jagung sebagai pakan ternak mencapai 3,16 juta ton. Tapi angka itu menurun pada 2015 menjadi 13,34% atau 2,74 juta ton. Selanjutnya menurun drastis pada 2016 sebesar 67,73% atau 884,6 ribu ton. Kemudian zero impor jagung pakan ternak pada 2017.
"Nah, pada 2018 dilakukan impor jagung pakan ternak sebanyak 73 ribu ton yang digunakan sebagai cadangan pemerintah melalui Rakortas dengan pelaksana impor jagung adalah Bulog," kata Diarmita dalam keterangan resminya, Senin (18/2/2019).
Diarmita mengatakan, data impor jagung yang dipublikasikan oleh BPS maupun Kementan terdiri dari beberapa kode Harmonized System (HS) dan bukan produk tunggal. Dengan demikian, data impor secara keseluruhan bukan sebagai bahan pakan. Menurut dia, data impor yang ada ialah jagung segar maupun olahan.
"Jagung segar itu bisa berupa jagung bibit, brondong, dan jagung segar lainnya. Sedangkan jagung olahan bisa berupa maizena, jagung giling, pati jagung, minyak jagung, sekam, dedak, bungkil, dan residu. Inilah yang perlu kita pahami bersama, tidak ada kode HS khusus jagung yang digunakan untuk pakan dan penggunaan jagung segar," jelasnya.
Menurut Diarmita, jagung sebagai komoditas pangan strategis kedua setelah padi, juga sebagai bahan pakan utama dalam formulasi pakan, sampai dengan akhir 2017 rekomendasi pemasukannya melalui Kementan.
Sedangkan dari sisi utilitas, kata Diarmita, pemanfaatannya lebih kompleks lagi jika dibandingkan padi. Hal itu bukan saja sebagai bahan industri pakan, peternak mandiri layer, tetapi juga untuk industri pangan, konsumsi langsung dan industri benih.
Baca Juga: Jokowi Berterima Kasih pada Para Petani Soal Indonesia yang Tak Perlu Impor Jagung Lagi
"Prognosa jagung 2018 (BKP Kementan) dari total penggunaan jagung 15,55 juta ton, sekitar 66,1% atau 10,3 juta ton untuk industri pakan dan peternak mandiri," katanya.
Dijelaskan Diarmita, jagung sebagai salah satu komponen bahan pakan telah berkontribusi hingga 40% bahkan 50%. Kata dia, setidaknya diperlukan jagung sebanyak 7,8 juta ton untuk industri pakan dan 2,5 juta ton untuk peternak mandiri dari total produksi pakan 2018 yang mencapai 19,4 juta ton.
"Kebutuhan tersebut meningkat di 2019 menjadi 8,59 juta ton untuk industri pakan dan 2,92 juta ton untuk peternak mandiri. Ini tentu positif karena menjadi pendorong berkembangnya agribisnis jagung di Indonesia untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani jagung sebagai motor penggerak pembangunan di pedesaan," tukasnya.
Baca Juga: Indonesia Enggak Perlu Impor Jagung Lagi, Jokowi: Produksi Jagung Nambah 3,3 Juta Ton
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: