Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Olam Akuisisi 85% Saham Pengolah Kakao Terbesar di Indonesia

Olam Akuisisi 85% Saham Pengolah Kakao Terbesar di Indonesia Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Olam International telah membeli 85% saham perusahaan pengolah kakao YTS Holdings senilai US$90 juta untuk memperluas bisnisnya di Asia. YTS merupakan perusahaan Singapura yang memiliki 100% saham pengelola kakao terbesar di Indonesia, PT Bumitangerang Mesindotama (BT Cocoa). Sisa 15% saham YTS tetap dipegang pendiri BT Cocoa, Piter Jasman dan keluarga.

CEO Olam Cocoa, Gerard A Manley menyatakan, kerja sama ini merupakan langkah strategis, mengingat kedua perusahaan sudah lama berbisnis bersama. Olam Cocoa, dikenal sebagai penghasil biji kakao paling traceable di dunia. Sementara BT Cocoa adalah pengelola biji kakao di Indonesia, yang memiliki pabrik pintar berkapasitas total 150.000 metrik ton dan dilengkapi teknologi pemrosesan terkini. 

"Olam Cocoa menawarkan keluasan, kedalaman, dan skalabilitas dari sumber asli, trading, risk management, value chain processing, dan supply chain solutions, hingga sustainability, research and development, dan cocoa ingredient innovation. Kami berdua sudah tiga tahun belakangan berkolaborasi dan berhasil meningkatkan kinerja keuangan dan operasional, termasuk membantu BT Cocoa mengurangi 30% konsumsi energi mereka," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (26/2/2019).

Baca Juga: Eksperimen Cokelat Bikin Pengusaha Ini Jadi Ningrat

Baca Juga: Harga Referensi CPO Turun, Biji Kakao Menguat 6,11%

Pendiri BT Cocoa, Piter Jasman menyatakan, kerja sama perusahaan dengan Olam Cocoa merepresentasikan peluang yang besar bagi BT Cocoa dalam mengembangkan pasar dengan peningkatan kualitas, keamanan, dan produk kakao yang bertanggung jawab. Kombinasi antara keahlian Olam Cocoa sebagai penyuplai dan pengelola kakao berkelanjutan global dengan jaringan lokal BT Cocoa yang kuat, akan menguntungkan pelanggan. 

Dari sisi konsumsi, bahan baku kakao sendiri terus meningkat trennya. Pada 2018, secara global konsumsi cokelat mencapai lebih dari 6 juta metrik ton dan ditaksir akan terus meningkat dalam lima tahun mendatang. Indonesia saat ini menjadi produsen kakao terbesar keenam di dunia, dan Asia ditaksir menjadi pasar terbesar bahan baku kakao kedua khususnya di China, India, Jepang, dan Filipina. Diperkirakan konsumsi bubuk kakao di Asia naik rerata 8% per tahun dalam lima tahun ke depan, utamanya (40%) didorong oleh kukis dan biskuit manis. 

"Jaringan yang dimiliki BT Cocoa bisa mempengaruhi merek Olam Cocoa seperti Huysman dan deZaan. Lewat tim R&D dan para ahli inovasi dan pengembangan produk, Olam Cocoa yakin bisa mengkapitalisasi pasar dan kebutuhan konsumen regional," tambah Gerard.

Olam Cocoa beroperasi di Indonesia sejak 1996 dan menjadi eksportir kakao terbesar dan mulai menginisiasi inisiatif keberlanjutan di 2004. Sejak itu, sudah sebanyak US$20 juta gaji dibayarkan ke petani kakao dan 5 juta benih pohon kakao dibagikan. Saat ini Olam Cocoa menggandeng 65.500 petani kakao Indonesia yang tersebar di enam provinsi, termasuk yang terbesar di Pulau Seram. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: