Benarkah Uber, Grab, dan Go-Jek Dapat Uang Lebih Sedikit dari yang Terlihat?
Setelah bersaing bertahun-tahun sebagai perusahaan swasta, Uber dan Lyft akhirnya go public di pasar bursa Amerika Serikat. Para penyedia layanan skuter yang sedang tren pun mengumpulkan ratusan juta dolar sepanjang 2017 dan 2018. Sementara di wilayah Asia Pasifik, Grab dan Go-Jek menghimpun banyak sekali uang tunai sambil terus berekspansi dan bertumbuh.
Dari semua pendanaan tahap seed, modal ventura tahap awal dan akhir yang dikumpulkan selama beberapa tahun terakhir, berapa dana yang benar-benar diterima oleh perusahaan ride-sharing, pengiriman makanan, dan penyewaan transportasi last mile (sepeda dan skuter)? Mungkin jumlahnya tak sebanyak yang kita pikirkan. Istilahnya, beberapa di antara perusahaan-perusahaan itu masih "membakar uang".
Melansir TechCrunch, Senin (1/4/2019), perusahaan-perusahaan di sektor itu baru mengumpulkan kurang dari 10% dari total volume dana ventura yang dilaporkan masing-masing dari mereka, selama lima tahun terakhir.
Baca Juga: Tak Mau Kalah dari Uber, Lyft Tingkatkan Kisaran Harga Saham IPO-nya
Berdasarkan data dari Crunchbase, berikut ini adalah perbandingan pembagian pendanaan modal ventura dan ekuitas pribadi sektor ride-sharing, antar makanan, dan penyewaan transportasi last mile dengan sektor lainnya secara global:
2014: sektor lain (95,2%), sedangkan sektor ride-sharing dkk (4,8%).
2015: sektor lain (92,9%), sektor ride-sharing dkk (7,1%).
2016: sektor lain (92,1%), sektor ride-sharing dkk (7,9%).
2017: sektor lain (91,5%), sektor ride-sharing dkk (8,5%).
2018: sektor lain (94,4%), sektor ride-sharing dkk (5,6%).
Perusahaan dalam tiga kategori tersebut mengumpulkan lebih dari US$22miliar dalam putaran pendanaan ventura (tak termasuk ekuitas swasta) pada 2017, serta menghimpun lebih dari US$18 miliar pada 2018. Jumlah uang yang tak bisa dibilang sedikit.
Usaha di ruang transportasi memang tampak besar. Pasarnya dipadati modal yang sulit untuk dimainkan, mengharuskan perusahaan untuk mendapatkan jumlah besar, menjadikannya bercitra baik di kalangan publik.
Baca Juga: Soal Tarif Ojol, Ini Tanggapan Go-Jek dan Grab
Pada tahun-tahun awalnya, persaingan antara perusahaan pasar transportasi berdasarkan permintaan (on-demand), terdapat pada kecepatan dan pengalaman penggunanya. Kemudian, keuntungan struktural jangka panjang akan didapatkan oleh perusahaan yang bertumbuh paling cepat.
Namun, keunggulan itu mungkin tidak sekaku itu lagi. Lyft mengalahkan Uber ke pasar publik, menaikkan valuasi selama roadshow IPO-nya, memberi harga di batas atas yang juga ditingkatkan harganya, kemudian melonjak hingga 21% ketika perdagangan dimulai.
Keberhasilan itu menunjukkan, jumlah modal yang diterima dari pemodal ventura yang masih sedikit di sektor ride-sharing dkk bukanlah hal yang harus dikhawatirkan. Sebaliknya, sebagian besar ekuitas di sektor itu saat ini bersifat likuid. Tentu saja, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk setiap perusahaan ride-sharing, antar makanan, penyewaan transportasi jarak pendek seperti sepeda dan skuter, serta unicorn lainnya, salah satunya: mereka masih harus melantai di bursa.
Baca Juga: Begini Upaya Grab Bawa Indonesia ke Ekonomi Digital Terbesar se-Asia Tenggara
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: