Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos WhatsApp: Pernah Merasakan Tidur Tanpa Atap

Bos WhatsApp: Pernah Merasakan Tidur Tanpa Atap Kredit Foto: Business Insider
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebelum sesukses sekarang, pendiri dari platform aplikasi pesan untuk smartphone, WhatsApp, harus merasakan pahitnya kehidupan. Jan Koum, pria kelahiran Ukraina inilah yang menjadi dalang terciptanya aplikasi dengan logo warna hijau tersebut.

Jan Koum besar di Ukraina, dan tak berasal dari keluarga yang kaya raya. Guna mengubah kehidupannya yang berada di bawah garis kemiskinan, Koum memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika ketika berusia 16 tahun.

Di Amerika, Koum tinggal bersama Sang Ibu yang didiagnosis oleh dokter mengidap kanker. Hidupnya semakin berat, dan pahit. Bahkan, untuk makan saja ia dan Ibunya hanya mengandalkan makanan jatah dari pemerintah. Bukan hanya itu, untuk berobat pun Sang Ibu hanya bergantung pada tunjangan kesehatan seadanya.

Baca Juga: Pendiri Ultrajaya: Hampir Gagal, Saat Ini Jadi Merek Terkenal

Pada usia 17 tahun, dia hanya bisa makan dari jatah pemerintah. Dia nyaris menjadi gelandangan. Tidur beratap langit, beralaskan tanah, dan sempat menjajal sebagai tukang bersih-bersih supermarket pula.

Mengumpulkan pundi-pundi uang, receh demi receh, akhirnya Koum berhasil duduk di bangku kuliah, di San Jose University. Namun, tak bertahan sampai lulus, ia memutuskan untuk keluar karena lebih senang belajar programming secara otodidak.

Setelah memiliki ilmu yang cukup mengenai programming, Koum melamar pekerjaan di Yahoo!. Dewi fortuna pun berpihak kepadanya, akhirnya Koum diterima di sana sebagai engineer. Di Yahoo! Ia bertahan selama 10 tahun, dan berteman berteman akrab dengan Brian Acton.

Singkat cerita, ketika memasuki tahun 2009, Brian Acton dan Koum membuat aplikasi WhatsApp dan memutuskan resign dari Yahoo!.

Baca Juga: Memulai Bisnis Usai Pensiun, Ini Kisah Sukses Pendiri Huawei

Ternyata, sebelum melamar pekerjaan ke Yahoo!, mereka juga sama-sama pernah melamar ke perusahaan raksasa besutan Mark Zuckerberg, Facebook. Setelah mengetahui kemahiran mereka berdua, Facebook lantas menyesal.

Seiring berjalannya waktu, aplikasi ciptaan mereka itu pun dibeli oleh perusahaan yang dulu sempat menolak mereka sebagai karyawan. Yaps, WhatsApp dibeli oleh Facebook dengan harga fantastis, $19 miliar atau sekitar Rp224 triliun.

Koum tak pernah menyangka hidupnya berubah drastis seperti saat ini. Sama sekali tak pernah terpikirkan dalam benaknya, ia menjadi miliarder setelah menelan pil pahit kehidupan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: