Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

JCR Perbaiki Outlook Rating Indonesia dari Stabil ke Positif

JCR Perbaiki Outlook Rating Indonesia dari Stabil ke Positif Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency Ltd (JCR) memperbaiki Outlook Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia dari stabil menjadi positif, sekaligus mengafirmasi rating pada BBB (investment grade) pada 26 April 2019. JCR sebelumnya meningkatkan SCR Indonesia dari BBB-/outlook positif menjadi BBB/outlook stabil pada 8 Februari 2018.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut baik perbaikan outlook peringkat Indonesia tersebut.

"Hal ini menunjukkan langkah-langkah kebijakan yang ditempuh secara konsisten dan tersinergi oleh BI, pemerintah, dan berbagai pemangku kebijakan yang lain sudah tepat sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap ketahanan dan prospek perekonomian Indonesia ke depan," ujar Perry di Jakarta, Jumat (26/4/2019).

Menurut Perry, rating Indonesia ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang solid ditopang oleh konsumsi domestik, level defisit anggaran dan utang pemerintah yang terjaga, serta resiliensi terhadap gejolak eksternal yang didukung oleh kebijakan nilai tukar fleksibel dan akumulasi cadangan devisa.

Baca Juga: R&I Kembali Kukuhkan Rating Indonesia Outlook Stabil

Ada beberapa faktor yang mendukung perbaikan outlook dari SCR Indonesia. Pertama, pemerintah dinilai berhasil merumuskan rencana pembangunan infrastruktur dalam skala besar dan secara kuat diarahkan untuk mengatasi kebutuhan infrastruktur yang menjadi hambatan dalam pertumbuhan ekonomi.

"Rencana tersebut terus berjalan dengan perkembangan yang melebihi ekspektasi JCR dan landasan ekonomi semakin diperkuat untuk mengakselerasi pertumbuhan dalam jangka menengah panjang," ungkapnya.

Kedua, pemerintah dinilai berhasil meningkatkan anggaran untuk infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia serta membatasi defisit anggaran dengan mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Ketiga, kemungkinan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui keberlanjutan inisiatif reformasi.

Lebih lanjut, BI dinilai telah meningkatkan kemampuan respons kebijakannya. Bauran kebijakan yang terdiri dari peningkatan suku bunga kebijakan secara kumulatif sebesar 175 bps sejak Mei 2018 dan relaksasi kebijakan makroprudensial telah memungkinkan BI menjaga stabilitas eksternal.

Selanjutnya, JCR meyakini Pemerintah Indonesia akan menjaga disiplin fiskal dalam mendorong konsolidasi fiskal.

Pemerintah telah mengumumkan rencana untuk menjaga rasio defisit anggaran pada kisaran 1,5% dari PDB dan menurunkan rasio utang pemerintah terhadap PDB dari 29,8% di 2018 menjadi 26-27% di 2022.

Selain itu, kondisi sektor perbankan masih tetap sehat, dengan rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit bermasalah (NPL) di akhir 2018, masing-masing sebesar 23% dan 2,4%.

Baca Juga: RI Diganjar Rating Investment Grade dari R&I, Ini Kata BI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: