Pakar Ilmu Pemerintahan, Prof Ryaas Rasyid menaruh rasa curiga terhadap sikap Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf yang terkesan membela mati-matian Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurutnya, aksi bela mati-matian terlihat aneh lantaran terjadi di tengah banyaknya kecurangan yang diduga dilakukan KPU.
“Mencermati semakin luasnya indikasi dan bukti permainan di KPU, saya jadi mikir kalau emang dari awal ada rencana tim 01 atau Istana main di KPU,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (1/5/2019).
Baca Juga: Real Count KPU Kamis Pagi, Jokowi Tinggalin Prabowo 11 Juta Suara
Lanjutnnya, ia mengatakan pada logikanya seluruh pesertta lembaga penyelenggara bersikap netral dan profesional.
"Tapi apa yang terjadi adalah tim 01 malah jadi pembela KPU secara mati-matian setiap kali dikritisi, terutama oleh tim 02. Lihat saja bagaimana mereka berbusa-busa menilai kritik ke KPU sebagai upaya delegitimasi," jelasnya.
Atas dasar itu, ia pun menaruh curiga jika memang kubu 01 benar-benar ada main. “Puncak dari kurangnya pengondisian (kalau memang ada rencana permainan) adalah penolakan Jokowi terhadap usul agar mengambil cuti. Walau tidak diperintahkan UU, tapi demi pengondisian permainan (sekali lagi kalau memang ada rencana itu) kan bisa menarik simpati masyarakat kalau berinisiatif sendiri minta cuti,” ungkapnya.
Baca Juga: Di May Day, Media Diancam Prabowo
Tambahnya, cuti atau non-aktif selama kampanye hingga penghitungan di KPU efektif dijadikan alasan menolak tuduhan curang mengingat posisinya sebagai kepala negara.
“Bukankah JK (Jusuf Kalla) bisa bermain lebih halus kalau memang diikutkan dalam rencana permainan di KPU? Dengan begitu Jokowi bisa mengelak dari tuduhan intervensi KPU, bisa cuci tangan. Sekarang dengan dia (Jokowi) nggak mundur, mudah banget dicurigai dan dituduh gunakan kekuasaan untuk tekan KPU,” tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil