Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kopi Indonesia Laris Manis di Negeri Paman Sam

Kopi Indonesia Laris Manis di Negeri Paman Sam Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial pada rangkaian acara Global Coffee Specialty Expo yang digelar selama tiga hari di Boston, Amerika Serikat.

"Rangkaian ini membawa Indonesia mencapai transaksi sebesar US$26,3 juta khusus untuk kopi spesial," ujar Atase Pertanian Washington, Hari Edi Soekirno, melalui siaran pers, Rabu (15/5/2019).

Menurut Hari, ada sekitar 13 ribu pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Indonesia sendiri mengirimkan tujuh perwakilan, masing-masing dari CV Gayo Mandiri, Santiang Exports, Meukat Komoditi Gayo, PTPN XII, Gayo Bedetak Nusantara, Upnormal Coffee Roastery, dan Tentera Coffee Roasters.

"Dalam kesempatan ini Indonesia juga mengikuti kejuaraan World Brewers Championship dan World Barista Championship," katanya.

Baca Juga: Pegadaian Dorong Kreativitas Anak Muda Lewat Kopi

Asal tahu saja, World Brewers Championship adalah kompetisi bergengsi yang memamerkan kerajinan dan keterampilan menyaring kopi dengan tangan. Para kontestan datang dari seluruh dunia. Sedangkan World Barista Championship adalah kejuaraan Barista Dunia yang diselenggarakan oleh acara kopi dunia setiap tahun.

"Di sana, Attani beserta staf juga hadir dan berkolaborasi dengan pihak Atdag, ITPC, dan KJRI. Kami melakukan berbagai kegiatan promosi komoditas kopi spesial kepada publik Amerika dan internasional," papar Hari.

Hari menjelaskan, secara global seluruh rangkaian acara ini fokus pada kepedulian penggunaan moneter pada isu lingkungan hidup dan fair trade. Dalam pembahasannya dikemukakan bahwa semua pihak perlu berinvestasi pada infrastruktur untuk menumbuhkan sektor ekonomi dalam sebuah negara.

"Inilah yang dinamakan tingkat investasi publik. Langkah ini tentu sangat membantu perekonomian masyarakat secara proporsional serta mampu meningkatkan kemampuan teknologi," katanya.

kebutuhan investasi juga tetap harus dipenuhi secara baik tanpa merusak kesinambungan fiskal. Lebih dari itu, kata Hari, langkah ini diperlukan untuk meningkatkan tata kelola investasi infrastruktur dan nilai mata uang.

"Untuk itu, kami mengharapkan dukungan Kementan dan Bappenas dalam mengajukan proposal program FFPr (Food for Progress) senilai US$10-12 juta secara on time melalui pihak ketiga, baik NGO, universitas maupun asosiasi terkait bidang hortikultura untuk diserahkan kepada USDA paling lambat 15 Mei 2019," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: