Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dari sebelumnya 2,5% terhadap PDB, menjadi 2,5-3% terhadap PDB di tahun 2019.
Ketidakyakinan BI mengejar target defisit transaksi berjalan di kisaran 2,5%, dilatarbelakangi oleh pelemahan pertumbuhan ekonomi global dan perang dagang yang berdampak pada seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.
"Dimanapun juga di seluruh dunia itu tidak bisa menafikan bahwa perlambatan ekonomi dunia, serta perang dagang AS dan Tiongkok ini, berdampak ke seluruh negara baik dari sisi trade channel maupun financial channel, jadi bahwa sumber pertumbuhan ekspor makin sulit dijadikan andalan. Itulah mengapa kami lakukan revisi mengenai defisit transaksi berjalan," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Baca Juga: Ekspor Kembali Tekor Melawan Impor di April 2019
Adapun neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit US$2,50 miliar. Secara kumulatif Januari-April 2019 mengalami defisit sebesar US$2,56 miliar. BI menilai defisit neraca dagang ini banyak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun, yang pada gilirannya menurunkan kinerja ekspor Indonesia.
Meskipun ekspor tak bisa lagi diandalkan, lanjut Perry, BI bersama pemerintah tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan agar tidak terjun bebas terlalu dalam.
Langkah-langkah itu diantaranya kebijakan B20, menunda proyek infrastruktur yang bukan urgent dan membutuhkan kandungan impor tinggi, dan menggenjot ekspor baik terkait industri maupun ekspor pariwisata.
"Langkah-langkahn itulah yang kemudian untuk mnghindari defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi. Jadi berbagai faktor ini dan semakin melambatnya ekonomi global, maka defisit transaksi berjalan kisarannya memang di 2,5-3% dari PDB di 2019. Sebelumnya memang dulu kita mengupayakan kearah 2,5% dari PDB," jelas Perry.
Sekadar informasi, defisit transaksi berjalan Indonesia pada triwulan IV-2018 mencapai US$9,1 miliar atau 3,57% dari PDB. Sementara bila dilihat secara keseluruhan tahun, defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2018 sebesar US$ 31,1 miliar atau 2,98% dari PDB.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: